Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/04/20 |
|
Rabu, 20 April 2011
|
|
Judul: Teguh dalam kebenaran Pada dasarnya Pilatus tidak mendapati kesalahan pada Tuhan Yesus, dan ia ingin melepaskan Yesus (20). Akan tetapi, para imam, pemimpin, dan rakyat, terus mendesak Pilatus dan menuntut kematian Yesus; maka Pilatus menghukum mati Yesus dan melepaskan Barabas yang adalah seorang penjahat. Mengapa Pilatus berani melawan hati nuraninya? Ternyata dorongan untuk mempertahankan posisi sebagai seorang kepala daerah, jauh lebih kuat ketimbang mengikuti kata hatinya. Ia lebih memilih untuk menuruti tuntutan rakyat agar tidak terjadi keributan, ketimbang melakukan apa yang benar. Sebagai seorang pejabat politik, dia sungguh mengetahui pentingnya berkompromi, maka ia melihat Yesus tidak lebih sebagai ancaman politik ketimbang sebagai seorang pribadi yang benar dan berintegritas. Ketika taruhannya sangat besar, memang tidak mudah untuk tetap berdiri di atas kebenaran. Dalam saat seperti itu, akan sangat mudah bagi kita untuk melihat lawan-lawan kita sebagai masalah yang harus diselesaikan, ketimbang seorang manusia yang harus dihargai. Kita pun berpeluang menjadi sama seperti Pilatus ketika mengetahui apa yang benar, tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya hanya demi kepentingan diri semata. Melalui perenungan hari ini, mari kita belajar untuk tetap berdiri di atas kebenaran, apapun risikonya. Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |