Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2007/04/21 |
|
Sabtu, 21 April 2007
|
|
Judul: Tuhan menghargai ketulusan Setia pada tradisi bisa benar, bisa salah. Kadang kesetiaan pada tradisi bisa membabi buta, tanpa tahu sungguh-sungguh mengapa tradisi berlangsung seperti itu. Namun tradisi bisa merupakan ungkapan kesetiaan yang luhur pada Allah yang disembah dalam tradisi tersebut. Tradisi yang turun temurun ditaati oleh orang-orang Rekhab mungkin sedikit berlebihan dari tuntutan Hukum Taurat (6-10). Mereka bisa kita bandingkan dengan kelompok-kelompok Kristen tertentu, yang penuh dengan rambu agar jangan terkontaminasi dengan modernisasi yang dianggap bertentangan dengan firman Tuhan. Namun yang Tuhan puji dari orang-orang Rekhab adalah ketulusan dan kesetiaan mereka dalam menaati ajaran leluhur mereka. Hal ini justru tidak ada pada umat Tuhan. Padahal umat Tuhan bukan hanya dibekali dengan Hukum Taurat, tetapi juga dengan para imam penyelenggara ritual Taurat, dan para nabi yang menegur ketika ada pelanggaran Taurat (15). Ternyata umat Tuhan mengabaikan Tuhan, Pemimpin hidup mereka. Mereka terlalu sering melanggar firman Tuhan, tidak setia pada Tuhan dengan bermain-main dalam dosa. Oleh karena itu, berlawanan dengan \'nasib\' keturunan Rekhab yang akan terus menerus mendapat kehormatan menjadi pelayan Tuhan (18-19), umat Israel akan menerima ganjaran berupa hukuman Tuhan, yaitu penawanan di Babel. Hati yang tulus dan setia pada Tuhan jauh lebih menyenangkan Tuhan daripada kesalehan yang pura-pura, dan ritual yang hanya dipraktikkan secara lahiriah saja, tanpa kesungguhan batin. Oleh karena itu, perikop ini biarlah menjadi semacam cermin bagi kita untuk memeriksa perilaku ibadah kita: selaraskah dengan kehendak-Nya atau hanya semacam kamuflase untuk menutupi kedagingan kita yang duniawi. Daripada mengkritik kelompok tertentu yang sepertinya \'ekstrim\' atau \'fanatik\', lebih baik membuktikan diri tulus di hadapan-Nya. Ingat: Manusia melihat penampilan, tapi Tuhan melihat hati.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |