Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/04/21 |
|
Kamis, 21 April 2011
|
|
Judul: Makna Salib Beratnya hukuman yang akan segera dijalani Tuhan Yesus, tidak menyurutkan langkah-Nya untuk tetap menuju ke kayu salib. Dengan langkah pasti Yesus menuju tempat penyaliban-Nya, karena Ia tahu bahwa penyaliban adalah inaugurasi kerajaan-Nya melalui kematian-Nya. Namun di sisi lain, kita melihat bahwa ternyata ada begitu banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia (27). Akan tetapi, Tuhan Yesus memberi respons yang sangat kontras. Ia melarang mereka menangisi-Nya. Ia justru menyuruh mereka agar menangisi diri mereka sendiri dan anak-anaknya (28). Ia berusaha mengalihkan fokus mereka yang menyertai Dia. Dia mengalihkan perhatian mereka untuk meratapi hal lainnya. Hal ini dikarenakan Tuhan Yesus mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka. Itulah sebabnya, Ia hendak mempersiapkan hati mereka untuk menghadapi apa yang akan segera datang. Kematian Kristus di bukit Golgota memastikan tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Oleh karena itu, sangatlah bijak bila orientasi hidup kita bukan lagi tertuju pada kekinian, tetapi pada kekekalan. Apabila orientasi hidup kita diarahkan pada Kerajaan Allah, maka kita akan mampu mengarahkan hidup kita untuk senantiasa melangkah di jalan salib. Beratnya beban hidup yang sedang kita jalani saat ini kiranya tidak menghambat iman kita karena kita tahu hasil akhirnya. Salib adalah jembatan bagi kita untuk meraih kehidupan yang kekal. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |