Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/04/29 |
|
Rabu, 29 April 2015
|
|
Judul: Memaknai warna kehidupan Peristiwa kedua ialah, Israel ditolak oleh ‘saudara’ senenek moyang mereka, Edom untuk melewati tanah mereka (14-21). Walau bersaudara, kedua bangsa ini juga kerap bermusuhan. Umat belajar untuk bersabar mengikuti pimpinan Tuhan. Sikap yang sabar itu menghindarkan perang antarsaudara.Kesabaran sesungguhnya membuat kita lebih bijak dalam melihat kemana Tuhan sedang memimpin hidup kita.Sabar membuat kita tidak mengandalkan emosi saja, tetapi logika yang sehat ikut bekerja. Peristiwa ketiga ialah Israel menangisi kematian Harun, imam besar mereka (22-29). Ironis memang, pada awal bacaan terkesan bahwa kematian Miryam tidak terlalu menimbulkan duka mendalam (1). Mungkin kehilangan Harun mengingatkan mereka akan hukuman Tuhan atas Harun dan Musa yang tidak boleh masuk ke tanah perjanjian. Kematian Harun menandai peralihan kepemimpinan dari Harun kepada Eleazar. Hidup selalu berwarna-warni. Suka duka silih berganti.Kadang lancar, kadang terhambat kesulitan. Bagaimana menjalani hidup yang terus berubah warna tersebut? Mari belajar dari Israel. Yang pasti harus kita yakini ialah Allah beserta kita, sama seperti Dia menyertai Israel. Serahkan kepemimpinan hidup kepada-Nya. Belajar sabar menghadapi kesulitan. Gunakan hati dan pikiran yang ditundukkan pada kehendak-Nya. Percaya bahwa Tuhan tidak pernah keliru memimpin hidup kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |