Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/05/03 |
|
Kamis, 3 Mei 2018 (Minggu ke-4 sesudah Paskah)
|
|
Keadaan bumi dikatakan satu logat dan satu bahasa (1). Kesatuan bahasa membuat manusia dapat berkomunikasi dan berkumpul di tanah Sinear (2). Di sanalah mereka merancang untuk membangun kota yang sangat besar dan megah dengan menara menjulang sampai ke langit (4a). Sebab itu, Tuhan mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak dapat saling berkomunikasi satu sama lain (6-7) dan Allah menyerakkan mereka ke seluruh bumi (8-9). Mengapa mencari nama ditentang oleh Allah? Sebab, mencari nama dapat dipahami sebagai keinginan untuk bebas, mandiri, dan tanpa kungkungan Allah. Artinya, mereka ingin menjadi "Tuhan" atas hidup sendiri. Pernyataan menara yang puncaknya sampai ke langit menunjukkan seolah-olah mereka tengah melawan Tuhan. Karena itu, sejak awal Tuhan melihat rencana mereka sebagai tindakan pemberontakan (6). Selain itu, keinginan mereka untuk mengumpulkan dan memusatkan semua bangsa untuk tinggal di satu kota sangat bertentangan dengan rancangan Tuhan. Sejak penciptaan dunia ini, Allah telah merencanakan supaya manusia dapat memenuhi bumi. Caranya adalah dengan menyebar ke segala penjuru bumi. Karena kedegilan hati manusia, Allah turun tangan untuk mengacaubalaukan bahasa mereka. Itu sebabnya, kota itu disebut Babel. Mengapa Tuhan perlu mengacaubalaukan bahasa manusia? Tuhan sangat mengerti bahwa komunikasi merupakan hal terutama dalam kehidupan manusia. Tanpa komunikasi mustahil sebuah komunitas dapat melaksanakan rencananya dengan baik. Karena komunikasi di antara mereka terhambat, maka satu sama lain tidak dapat memahami bahasa masing-masing. Akibatnya rencana mereka pun buyar. Kunci utama seseorang dapat sukses adalah komunikasi yang efektif. Jika kita ingin hidup harmonis dan bahagia dengan lingkungan dan masyarakat setempat, jalinlah komunikasi yang baik. Dengan demikian akan tercipta budaya saling menghargai dan menghormati satu sama lain. [ASP]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |