Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/05/08 |
|
Kamis, 8 Mei 2014
|
|
Judul: Allah yang penuh kasih karunia Meski demikian, Allah bukanlah Allah yang pasif ketika ditolak manusia, Dia adalah Allah yang berdaulat, yang di dalam kedaulatan-Nya dapat memakai penolakan bangsa Israel sebagai cara untuk menunjukkan kasih setia-Nya yang kudus dan tak bercela. Sikap Saul pada bagian ini dapat kita jadikan pelajaran, bagaimana dengan rendah hati Saul memilih untuk tidak menonjolkan diri di hadapan bangsa itu sebelum waktunya Tuhan. Saul bersembunyi, mungkin sambil berharap agar bangsa itu menemukan orang lain yang dirasa lebih pantas menjadi raja. Kasih karunia dan kedaulatan Allah sajalah yang menjadi pegangan Saul untuk menyerahkan dirinya diangkat dan diakui sebagai raja, baik oleh Tuhan maupun oleh seluruh bangsa Israel. Kerendahan hati Saul juga terlihat dari sikapnya yang tidak keras terhadap orang-orang yang meragukannya. Mereka itu ialah orang-orang yang jahat. Dengan menolak dan menghina Saul, pada dasarnya mereka sedang kembali menolak dan menghina Allah, yang telah memilih Saul. Atas kerendahan hatinya itu, Allah mengganjar Saul dengan berkat, yaitu dengan mengirimkan pada Saul orang-orang perkasa yang akan menjaga kedaulatannya sebagai raja. Ketika Allah memilih, Ia juga memperlengkapi. Tanpa sadar kita pun seringkali menolak Allah. Mungkin kita tidak menolak secara keseluruhan Pribadi Allah, tetapi kita menolak rencana-rencana-Nya bagi hidup kita. Kasih setia Allah seharusnya menjadikan diri kita semakin rendah hati dan taat kepada-Nya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |