Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/05/11 |
|
Minggu, 11 Mei 2014
|
|
Judul: Pengharapan akan pengampunan Tanpa menjelaskan situasi ‘jurang’ seperti apa yang dihadapi, pemazmur menyadari bahwa semuanya terjadi karena Tuhan sedang memperhitungkan dosa-dosanya. Pemazmur tahu bahwa tidak ada seorang pun yang dapat meluputkan diri dari hukuman dosa yang Tuhan jatuhkan. Oleh karena itu, pemazmur hanya dapat berharap kepada Tuhan yang berdaulat, baik untuk menghukum (3) maupun untuk mengampuni (4). Justru karena mengenal kedaulatan Tuhan dan kasih setia-Nya, maka pemazmur pun memiliki keyakinan bahwa pengampunan Tuhan pasti akan diberikan setelah penghukuman-Nya dijatuhkan. Ibarat badai boleh menerpa, pasti suatu waktu mereda. Atau, malam boleh gelap, tetapi pagi pasti gemerlap (5-6). Bukankah hal itu sudah menjadi pengalaman berulang dalam sejarah umat Tuhan (7)? Berulang kali umat tidak setia, berontak pada pimpinan Tuhan, berselingkuh dengan ilah-ilah bangsa-bangsa lain, sehingga berulang kali juga Tuhan harus menghukum mereka secara dahsyat. Namun, setiap kali pula pengampunan-Nya diberikan! Itulah kasih setia-Nya. Jangan tunggu sampai Anda masuk jurang dulu baru berseru mohon belas kasih dan pengampunan Tuhan! Jaga hatimu, jaga juga perbuatanmu! Bila Anda saat ini sedang ada dalam jurang penderitaan karena ulah Anda bermain-main dengan dosa, biarlah Mazmur 130 ini menjadi doa pengakuan dosa yang jujur di hadapan-Nya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |