Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/05/15 |
|
Kamis, 15 Mei 2008
|
|
Judul: Tak perlu debat kusir Sebagai gembala jemaat, Timotius pun harus bersikap bijak (ayat 16). Debat kusir mengenai hal-hal yang bersifat spekulatif, provokatif, dan bukan merupakan tema sentral dalam kekristenan, hanya akan menimbulkan rasa marah dan sakit hati. Lagi pula orang tidak akan mendapatkan nilai tambah apapun dari debat semacam itu. Maka jangan sampai orang yang terlibat dalam pelayanan firman, misalnya membawakan renungan atau khotbah, terjebak dalam arus silang pen-dapat seperti itu. Setiap orang harus belajar mengungkapkan ketidaksetujuan mengenai suatu opini atau pengajaran dalam sikap yang dewasa. Di sisi lain, kita sendiri harus hati-hati terhadap pengajaran yang merusak iman. Kita pun harus mengajak orang lain mewaspadai hal ini. Bila kita tidak peka dan mengenali kebenaran firman Tuhan dengan baik, kita akan mudah terombang-ambing. Ketika ada buku yang mengisahkan Maria Magdalena sebagai kekasih Yesus, banyak orang yang merasa terkejut dan imannya menjadi goyah karena menganggap kisah itu sebagai kebenaran yang baru ditemukan. Padahal kisah itu hanya fiksi dan bukan kebenaran! Namun kita tidak perlu marah-marah menyikap hal ini. Sebab kebenaran Allah tak akan pernah berubah, tak akan tergoyahkan, dan tak akan memudar. Kita hanya perlu setia mengikuti kebenaran Allah. Niscaya Ia tidak akan menolak kita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |