Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/05/15

Kamis, 15 Mei 2014

1 Samuel 15:1-35
Ketika nurani menjadi bebal

Judul: Ketika nurani menjadi bebal
Kendati hati Saul memberontak kepada Tuhan, Tuhan masih berkenan kepada-Nya. Hukuman yang Tuhan jatuhkan adalah dinasti Saul tidak akan bertahan (1Sam. 12:14). Namun sejauh yang dicatat Alkitab, Saul tidak sedikit pun menunjukkan penyesalan. Ia terus mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.

Berbeda dengan Samuel yang hingga masa tuanya tetap hidup berintegritas sehingga bisa menjadi teladan bagi umat Israel, Saul tampaknya hanya mengandalkan jabatan dan kekuasaannya. Alih-alih menjadi pemimpin yang tegas bagi umat Israel agar sesuai kehendak Tuhan, Saul malah memilih menjadi pemimpin yang populis dan mengabaikan kehendak Tuhan demi disukai rakyatnya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga seringkali dihadapkan pada pilihan untuk taat pada pimpinan Tuhan atau memilih keuntungan di depan mata. Jika Tuhan sudah mengubah hati kita, maka mengikuti tuntunan Tuhan akan menjadi sesuatu yang alami, bukan lagi pilihan. Bagi rakyat Israel, episode hari ini memaparkan dengan gamblang kondisi kerohanian mereka yang sesungguhnya. Kehidupan mereka telah menjadi hidup yang menomorsatukan keuntungan duniawi, sehingga tanpa berpikir panjang umat beramai-ramai mengabaikan perintah Tuhan dan menyimpan barang jarahan.

Kegagalan Saul menjalankan fungsinya sebagai raja yang seharusnya dengar-dengaran pada pimpinan Tuhan dan memimpin umat Tuhan untuk tetap taat kepada-Nya, telah menjadi sedemikian parah sehingga Tuhan menolaknya. Ketidakpekaan terhadap pimpinan Tuhan yang diteladankan oleh Saul telah merasuki sendi-sendi kehidupan umat Israel sehingga mereka tak lagi bisa mengenal apa yang benar dan apa yang salah. Samuel sebagai pemimpin yang hidup dekat Tuhan merasa sakit hati atas apa yang terjadi (11). Sementara Saul, bahkan setelah ditolak oleh Tuhan, lebih mementingkan gengsinya di hadapan publik, alih-alih menunjukkan pertobatan yang sungguh (30). Jika Tuhan menegur, baiklah kita peka. Jangan biarkan hati kita perlahan-lahan menjadi semakin kebal terhadap suara-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org