Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/05/17 |
|
Minggu, 17 Mei 2015
|
|
Judul: Taurat yang menyegarkan jiwa Mazmur ini diakhiri dengan pengharapan agar hasil perenungan pemazmur, yang dituangkan dalam bait-bait sebelumnya, berkenan kepada Tuhan (15). Pemazmur merenungkan sejarah penciptaan dan keteraturan alam ciptaan yang bisa dinikmati oleh manusia (2-7). Pertanyaannya, mungkinkah kita di masa kini, dengan lingkungan yang rusak akibat keserakahan manusia, masih bisa melihat mahakarya penciptaan yang Allah lakukan itu, seperti pemazmur melihat dan merefleksikannya? Kita yang tinggal di Jakarta, lebih sering melihat langit di pagi hari yang kelabu akibat asap polusi yang mengotori langit dan menghalangi sinar mentari yang seharusnya hangat menyehatkan kulit. Rusaknya lapisan ozon juga mengakibatkan cahaya matahari berbahaya bagi kulit manusia. Landasan pemazmur bisa memaknai penciptaan dengan begitu tepat sehingga mempesonanya untuk kemudian menyembah Sang Penciptanya, ialah Taurat Tuhan yang menyegarkan jiwa (8-13). Taurat memampukan anak Tuhan memahami mahakarya penciptaan. Taurat merupakan penyataan Allah langsung kepada manusia melalui mulut hamba-hamba-Nya. Tauratlah yang mengungkapkan bahwa Allahlah Pencipta dan Pemelihara. Dia pula yang memiliki maksud mulia dengan ciptaan-Nya, khususnya manusia sebagai gambar-Nya (Kej. 1-2). Kalau melihat langit dengan mata telanjang membuat stress jiwa, maka membaca firman Tuhan bisa menyingkapkan kabut yang menutupi mata hati kita, dan melihat cahaya Ilahi yang pada satu sisi menyilaukan karena kemuliaan-Nya, di sisi lain menghangatkan dan memberikan arah yang pasti. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |