Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/05/25 |
|
Minggu, 25 Mei 2008
|
|
Judul: Jangan sembarangan bernazar Karena ia tahu bahwa kemenangan dari Tuhan jua asalnya, maka ia terlebih dulu meminta pertolongan Allah. Bahkan ia bernazar akan mempersembahkan apa saja yang kelu-ar menyambut dia sepulang dari medan perang, bila Tuhan berkenan memberikan kemenangan kepada dia (ayat 30-31). Memang nazarnya terkesan diucapkan terlalu terburu-buru, tanpa memikirkan akibatnya. Namun tak dapat dipungkiri, bahwa itu menunjukkan ketergantungannya kepada Allah. Atas pertolongan Tuhan, Yefta berhasil memenangkan peperangan (ayat 32-33). Betapa terpukul hatinya ketika melihat anak perempuannya menyambut dia. Padahal dialah anak satu-satunya (ayat 34-35). Maka meskipun terasa berat, Yefta harus merelakan putri satu-satunya dipersembahkan kepada Tuhan. Sang putri pun merelakan dirinya dipersembahkan kepada Tuhan (ayat 36). Ini menunjukkan betapa seriusnya mereka menepati nazar yang telah terucap. Yefta yang beriman kepa-da Allah tentu tidak akan mau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan iman dan janjinya kepada Allah. Ketika hati dipenuhi hasrat membara untuk meraih sesuatu, memang rasanya kita akan rela membayar harga berapa saja untuk memenuhi hal itu. Rasanya bernazar apa pun tak masalah. Namun kita harus menyadari, bahwa yang terpenting adalah memahami dengan baik kehendak Allah terlebih dulu. Jangan sampai kita bernazar hanya untuk membuat Allah berpihak pada kita, seakan-akan kita mengiming-imingi Allah sesuatu agar Ia mau melakukan sesuatu untuk kita. Akan tetapi, bila nazar telah terucap, laksanakanlah!
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |