Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/05/28 |
|
Rabu, 28 Mei 2008
|
|
Judul: Tidak menghargai panggilan Allah Ini terlihat melalui kekerasan hati Simson untuk meng-ambil seorang gadis Filistin sebagai isterinya (ayat 1-3). Tindakan ini menunjukkan bahwa ia tidak menghargai panggilan kenazirannya. Meskipun Allah mengatur hal itu terjadi sebagai jalan untuk menghukum orang Filistin (ayat 4), bukan berarti Simson tidak bersalah. Apa yang terjadi berikutnya pun masih merupakan rangkaian tindakan yang berlawanan dengan panggilan kenazirannya. Ia bersentuhan dengan bangkai (ayat 5-9), dan mengadakan pesta yang biasanya menyajikan anggur (ayat 10). Tindakannya membunuh 30 orang Filistin, walau sesuai dengan keinginan Allah untuk menghukum Filistin, dilakukan dengan alasan yang salah. Namun kita tidak melihat adanya penyesalan dalam diri Simson, meski ia melakukan sesuatu yang dapat meretakkan hubungannya dengan Allah. Simson benar-benar tidak menghargai Allah, dan hak istimewa sebagai nazir yang Allah berikan kepada dia. Masalah mendasar yang terdapat dalam diri Simson ada-lah bahwa ia tidak pernah tunduk pada otoritas Allah. Ini termanifestasi juga dalam ketidaktaatannya kepada orang-tuanya (ayat 3). Sebagai nazir ia tidak memiliki disiplin diri yang baik. Ia membiarkan hasrat menguasai dirinya (band. 1Kor. 9:27). Padahal disiplin dan penaklukan diri mengindikasikan penyerahan diri seseorang pada otoritas Allah.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |