Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/06/02 |
|
Senin, 2 Juni 2014
|
|
Judul: Menyangkal iman? Ada penafsir yang mengatakan bahwa tindakan Daud adalah sesuai dengan budaya masa itu, sehingga dapat dibenarkan. Ada juga penafsir yang mengatakan tindakan Daud adalah kebohongan, maka merupakan dosa. Yang jelas, ada kemiripan kisah Daud ini dengan kisah Abram. Baru saja Abram menaati panggilan Tuhan untuk ke negeri Kanaan, saat bahaya kelaparan menimpa negeri itu, ia melarikan diri ke Mesir dan berbohong kepada Firaun (Kej. 12). Baru saja Daud memercayakan hidupnya pada Tuhan, dengan tidak menjamah Saul, orang yang diurapi Tuhan, sekarang ia tetap takut bahwa Saul pada suatu hari akan menangkap dan membinasakan dirinya. Oleh karena itu Daud melarikan diri ke Filistin, dengan perhitungan bahwa Saul tidak akan mengejar dirinya sampai ke negeri musuh (4). Tindakan Daud mencederai imannya sendiri. Ia mengandalkan hikmat manusia untuk menyelamatkan diri dari Saul. Ia membuat diri seolah musuh Israel sehingga diterima oleh Raja Akhis. Kelak, akibat kebohongannya, hampir saja ia dipaksa untuk melawan pasukan Saul. Sama seperti Tuhan harus bertindak menyelamatkan Abram dari akibat kebohongannya, demikian juga kelak Tuhan harus menyelamatkan Daud. Tindakan Daud tersebut menggambarkan realitas pertumbuhan iman yang jatuh bangun. Siapapun bisa terjatuh seperti Daud. Di sinilah anugerah Tuhan nyata. Dia tahu menjaga hamba-hamba-Nya, bahkan mengangkat mereka saat jatuh. Mari belajar untuk tidak mengulang kesalahan Daud. Kita belajar memercayakan diri penuh kepada pemeliharaan-Nya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |