Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/06/02 |
|
Sabtu, 2 Juni 2018 (Minggu Trinitas)
|
|
Seorang tertuduh sudah sepatutnya mendapatkan hak untuk melakukan pembelaan diri, baik secara pribadi maupun oleh tim pembela. Tujuannya adalah agar hakim dapat secara objektif dan adil dalam pengambilan keputusan. Karena itu, pembelaan atau kesaksian yang meringankan sangat diperlukan. Terlebih lagi terhadap suatu tuduhan yang tidak pernah terbukti dilakukan oleh seseorang. Menarik disimak, dalam sidang pengadilan agama, Stefanus memilih tidak membela diri, melainkan bersaksi tentang karya keselamatan Allah kepada bangsa Israel melalui Yesus Kristus. Dalam kesaksian Stefanus, ia mengawali argumennya dari panggilan Allah kepada Abraham untuk keluar dari negerinya menuju tanah pusaka yang dijanjikan Allah untuknya dan keturunannya. Melalui Ishak, lahirlah Yakub dan kedua belas suku Israel. Untuk kelangsungan hidup bangsa Israel di Mesir, Allah memakai Yusuf untuk memelihara umat-Nya. ketika umat Allah mengalami penindasan yang dilakukan bangsa Mesir, Allah memanggil Musa untuk membebaskan umat-Nya. Selama empat puluh tahun di padang gurun, orang Israel dipersiapkan Allah untuk menjadi bangsa yang kudus. Dengan berbagai tanda mukjizat dan Taurat-Nya, Tuhan memastikan ketaatan bangsa Israel. Karena kekerasan hati dan tegar tengkuk orang Israel, mereka berkali-kali melawan Tuhan dengan menyembah para dewa asing, yaitu Molokh, bintang dewa Refan, dan patung Baal. Kemurahan dan kasih sayang Allah dibalas oleh bangsa Israel dengan air tuba. Kenyataannya, kesetiaan Allah atas perjanjian-Nya tidak pernah pudar. Melalui Yosua, Daud, dan para nabi-Nya, Tuhan memastikan datangnya Orang Benar, yaitu Yesus yang telah mereka bunuh (2-52). Inilah pembelaan sekaligus kesaksian iman Stefanus. Bagaimana dengan hidup kita saat ini? Apakah kita masih dibutakan oleh ego diri? Ataukah kekerasan hati telah menutupi mata hati kita sehingga menjadi buta? Jika demikian halnya, bertobatlah! Bukalah pintu hati kita agar kasih dan kebenaran Allah menyinari hidup kita kini dan selamanya. [AJ] Baca Gali Alkitab 5 Filipus, salah seorang yang terpilih sebagai pelayan untuk melayani orang miskin dituntun oleh malaikat Allah untuk pergi ke sebuah tempat. Di sana Filipus bertemu seorang sida-sida, yang merupakan seorang kepala perbendaharaan negeri Etiopia. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |