Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/06/05 |
|
Kamis, 5 Juni 2008
|
|
Judul: Bukan semata demi persatuan Akan tetapi, suku Benyamin tidak bersedia ikut dalam permufakatan itu. Bukan karena mereka tahu bahwa permufakatan itu tidak berdasar kehendak Allah, melainkan karena mereka lebih memilih untuk berpihak pada orang Gibea. Orang Benyamin juga tidak mau membiarkan orang Gibea mempertanggungjawabkan perbuatan mereka (ayat 12-13). Bukannya memberikan dukungan bagi orang-orang sebangsa, suku Benyamin malah bersekutu dengan orang Gibea untuk memerangi bangsanya sendiri. Memang Gibea adalah bagian Benyamin. Namun dengan berlaku demikian, suku Benyamin telah mengingkari panggilan sebagai umat Allah. Di dalam komunitas orang beriman pun, rentan terjadi perbedaan pendapat dan perpecahan. Bila terjadi, tentu pihak-pihak yang bersengketa akan mencari sekutu untuk berpihak pada mereka. Kadang kala, solidaritas dijadikan sebagai alasan nomor satu untuk mencari sekutu. Padahal seharusnya kedua belah pihak mencoba berpikir jernih dan melihat masalah berdasarkan kaca mata kebenaran Allah. Karena solidaritas yang tidak dilandaskan pada kebenaran firman Allah adalah solidaritas yang buta dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Maka bila kita diperhadapkan pada perpecahan gereja, pertimbangkanlah untuk tidak sembarangan berpihak. Jangan sampai hanya demi solidaritas dan kesatuan, lalu kita mengabaikan diberlakukannya kebenaran.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |