Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/06/08 |
|
Rabu, 8 Juni 2011
|
|
Judul: Iman yang melampaui keterbatasan Dalam kisah wafatnya Sara, sikap Abraham berbicara banyak tentang siapa dia serta perjalanan imannya di hadapan Allah. Sebagai nomaden yang masih mengharapkan Tanah Perjanjian, Abraham tidak memiliki sebidang tanah pun untuk menguburkan istrinya. Padahal menurut kebiasaan Timur, seorang yang meninggal akan dikuburkan di makam keluarganya. Iman yang telah terbentuk membuat Abraham menolak makam yang akan diberikan kepadanya secara gratis (6), tampaknya dengan alasan yang sama dengan Kejadian 14:22-24. Malah pada akhirnya ia dengan murah hati membeli seluruh ladang milik Efron. Walaupun awalnya ia hanya berniat membeli gua Makhpela yang terletak di dalam ladang itu dengan membayar harga yang sangat tinggi. Jumlah ayat yang digunakan untuk mengisahkan proses yang dilalui Abraham untuk menguburkan Sarah dibandingkan dengan ayat-ayat yang mengisahkan kematian dan penguburan menunjukkan bahwa Abraham tidak lagi menengok ke belakang, kepada kaum keluarga yang telah ia tinggalkan, tetapi ia menatap ke depan, kepada saat di mana ladang ini akan menjadi petak pertama dari negeri yang kelak akan dimiliki keturunannya. Walaupun usia semakin uzur dan kematian jelas-jelas menghadang di depan, iman Abraham mampu melihat melampaui keterbatasan umurnya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |