Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/06/11 |
|
Selasa, 11 Juni 2019 (Minggu ke-1 sesudah Pentakosta)
|
|
Media, dalam era kapitalisme ini, selalu mempropagandakan budaya konsumerisme dan terus menyuntikkan kesadaran palsu bahwa hasrat adalah kebutuhan. Akibatnya, kebanyakan kita menjalani hidup hanya untuk memuaskan nafsu. Kita menjadi egois dan tidak lagi peduli pada penderitaan orang lain. Apakah ini kehidupan yang sejati? Injil Lukas ditulis ketika Romawi berkuasa. Struktur sosial kala itu sangat timpang. Ada orang-orang berkedudukan baik dan hidup berlimpah. Akan tetapi, ada juga rakyat jelata yang dipinggirkan dari realita sosial seperti para janda. Pada zaman itu, menjadi janda adalah petaka. Status tersebut akan mendatangkan kesulitan bagi perempuan dalam menjalani hidupnya. Ia akan kesulitan mencari nafkah karena laki-laki yang berkewajiban menafkahi keluarga. Situasi demikianlah yang dihadapi si janda dalam nas ini. Nasibnya kian nahas kala ia harus kehilangan anak laki- laki tunggalnya (11). Janda ini tenggelam dalam kesedihan, sampai-sampai ia tidak meminta pertolongan kepada Yesus. Bahkan, ia tidak menyadari kehadiran-Nya (12). Melihat itu, Yesus pun tergerak oleh belas kasihan. Ia pun menghibur perempuan malang itu dan membangkitkan putranya dari kematian (13). Dari kisah ini, kita melihat bahwa Yesus sangat memperhatikan orang-orang marginal. Dahulu, gereja mula- mula pun menghidupi semangat ini. Mereka meneladani sikap Yesus untuk melayani orang- orang tersisih. Dalam era kapitalisme kini, mengikut Yesus bukanlah tugas mudah. Tren gaya hidup konsumtif menyeret kita untuk berfokus memuaskan hasrat semata. Akibatnya, kita lupa peduli kepada orang-orang marginal. Nas ini mengingatkan kita tentang perhatian Yesus dan gereja mula-mula terhadap orang-orang marginal. Sekalipun si janda tidak meminta tolong, namun Yesus memedulikannya. Bagaimanakah realitas gereja hari-hari ini? Apakah kita masih menaruh belas kasihan kepada mereka yang tertindas? Apakah kita masih meneladani Yesus yang penuh belas kasihan? Doa: Tuhan, ajar kami mengasihi secara nyata. [JN]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |