Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/06/13 |
|
Jumat, 13 Juni 2014
|
|
Judul: Tak menghalalkan segala cara Rekhab dan Baana mendatangi kediaman Isyboset pada saat yang tepat, saat penjaga pintu rumahnya tertidur (5-6). Kepala Isyboset pun menjadi incaran mereka untuk dipersembahkan kepada Daud (7). Maka perjalanan jauh dengan membawa kepala Isyboset pun rela mereka tempuh. Tentu harapan mereka tidak jauh-jauh dari imbalan karena mengira bahwa Daud akan sangat senang bila musuhnya tiada. Namun mereka sama sekali tidak memperhitungkan kesetiaan Daud pada janjinya terhadap Saul (lihat 1Sam. 24:20-22). Bagi Daud, Saul dan keluarganya bukanlah musuh, meskipun Isyboset bukanlah orang yang diurapi Tuhan untuk menjadi raja. Maka bagaimanapun, tindakan Rekhab dan Baana jelas tidak dapat diterima Daud. Meski mereka berdua membawa-bawa nama Allah, tetapi bagi Daud tindakan mereka bukan merupakan wujud campur tangan Allah. Maka hidup keduanya pun kemudian berakhir sama seperti orang Amalek yang melaporkan kematian Saul (10-12). Walau mengetahui ketetapan Allah bagi hidupnya, Daud tidak mau melangkahi Allah untuk mewujudkan ketetapan itu. Daud selalu membiarkan Allah bertindak mewujudkan kehendak-Nya berdasarkan cara dan waktu-Nya sendiri, sehingga tak ada cara-cara kotor yang pernah dia setujui. Kiranya ini menjadi teladan bagi kita. Bila Tuhan memang menghendaki kita untuk menjadi sesuatu, niscaya Dia sendiri yang akan membuka jalan itu. Tak perlu ambisi yang sampai membuat kita menempuh segala cara. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |