Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2009/06/17 |
|
Rabu, 17 Juni 2009
|
|
Judul: Disiplin untuk memurnikan umat Ananias dan Safira dihukum keras oleh Allah karena yang mereka lakukan bukan sekadar menodai ketulusan umat Tuhan dalam saling mengasihi dan saling memberi. Mereka telah memberi dengan motivasi yang salah, yaitu agar dipuji dan dihormati sebagai umat yang saleh. Ada dua hal yang menjadikan dosa mereka serius. Pertama, karena sifat dosa ini tidak tampak, tetapi merusak dari dalam. Motivasi yang tidak murni bisa membuat berbagai hal yang dari luar tampak saleh, tetapi sebenarnya di dalam berisi kemunafikan. Manusia bisa saja ditipu, tetapi Allah melihat sampai menembus ke kedalaman hati. Kedua, dosa ini terjadi pada permulaan berdirinya gereja. Bila tidak ada tindakan disiplin yang tegas, bukan tidak mungkin akan membawa dampak buruk penularan ketidaktulusan kepada jemaat lain. Yang juga menyedihkan adalah ketidaktulusan ini merupakan kesepakatan suami istri (ayat 1-2, 9). Hal ini mengingatkan kita tentang betapa pentingnya membina keharmonisan relasi suami istri bukan hanya secara horisontal, tetapi juga melibatkan Allah sebagai kepala pasangan suami istri. Gereja memiliki tugas dan tanggung jawab bukan hanya untuk mengabarkan Injil, tetapi juga memuridkan mereka yang sudah diselamatkan agar menjadi orang Kristen yang bertumbuh dalam karakter Kristus. Juga jangan memberi kesempatan kepada Iblis untuk menghancurkan kemurnian iman dengan meremehkan dosa di dalam persekutuan umat.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |