Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/06/17 |
|
Minggu, 17 Juni 2018 (Minggu ke-4 sesudah Pentakosta)
|
|
Suatu saat, seseorang berkata kepada saya, "Pak Pendeta, saya itu sebenarnya senang melihat orang-orang Kristen kalau datang ke gereja. Mereka memakai pakaian bagus-bagus, rapi, dan terlihat cantik-cantik. Mereka rukun dan ramah. Sangat menyenangkan sekali." Demikian kata orang tersebut. Hal yang sama agaknya juga dirasakan oleh Abimelekh. Dari segi politik dan militer, Abimelekh lebih unggul daripada Abraham. Namun, Abimelekh sangat terpesona terhadap kuasa dan kasih Allah terhadap Abraham (22). Keterpesonaan itulah yang melatarbelakangi Abimelekh, didampingi oleh Pikhol, panglima tentaranya, bertemu dengan Abraham. Tak hanya itu, Abimelekh berharap ada ikatan persahabatan yang sifatnya permanen dengan Abraham. Karena itulah, Abimelekh memulai mengikat perjanjian dengan Abraham (23). Apa yang mendorong Abimelekh melakukan ikatan perjanjian dengan Abraham? Mungkin saja, dia merasa khawatir karena Abraham pernah membohonginya dengan mengatakan bahwa Sara adalah adik tirinya (Kej. 20:2). Abimelekh pun khawatir karena Allah Abraham ternyata berada di pihak Abraham, dan ia bisa menjadi korbannya (Kej. 20:3-7). Abraham setuju dengan usulan itu dan segera bersumpah di Bersyeba. Sehingga tempat itu diberi nama "mata air sumpah". Abraham memanfaatkan kesempatan itu untuk mengemukakan persoalan mengenai sumur yang dirampas para hamba Abimelekh. Perjanjian atas dasar hak yang sama ini ditandai dengan penyerahan tujuh anak domba. Penyerahan itu menjadi tanda bahwa pada dasarnya sumur itu adalah milik Abraham. Kisah Abraham dan Abimelekh mengingatkan bahwa orang di sekitar kita melihat sikap, tindakan, dan hidup kita sehari-hari. Karena itu, kesaksian hidup sebagai umat percaya menjadi sebuah keniscayaan. Diri kita semestinya bisa menjadi demonstrasi kasih dan karya Allah. Sehingga orang lain juga boleh merasakan kasih Allah, melalui kita, dalam hidupnya dan memuliakan Bapa di surga. Inilah panggilan kita. [NSP]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |