Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/06/20 |
|
Sabtu, 20 Juni 2020 (Minggu ke-2 sesudah Pentakosta)
|
|
Paulus mengungkapkan rasa khawatirnya kepada jemaat di Korintus. Pertama, jemaat Korintus mendapati Paulus tidak seperti yang mereka inginkan. Kedua, ada perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, bisikan-bisikan, keangkuhan, dan kerusuhan di antara jemaat. Ketiga, ada beberapa orang anggota jemaat yang belum bertobat. Kalimat "sebab aku khawatir" pada ayat 20 bisa diartikan: "jangan sampai aku takut". Kata "jangan sampai" diulang lagi pada ayat 21. Pengulangan ini menunjukkan bahwa perasaan khawatir Paulus dipicu oleh rasa takutnya terhadap kondisi jemaat Korintus. Di sini perasaan takut Paulus yang memicu timbulnya perasaan khawatir. Pertanyaannya, mengapa Paulus merasa takut? Setidaknya ada tiga sebab, yaitu: Pertama, ia takut kalau Allah menilainya gagal bertanggung jawab dalam mendidik dan memuridkan jemaat Korintus. Kedua, ia takut jika pertikaian internal jemaat akan menggiring mereka pada kehancuran, sehingga nama Allah tercoreng. Ketiga, ia takut apabila dirinya ataupun jemaat membangun harapan (ekspektasi) berdasarkan asumsi atau kepentingan pribadi, dan bukan mengarahkan harapan mereka kepada Allah. Hal itulah yang mendorong Paulus untuk mengungkapkan isi hatinya kepada jemaat Korintus. Bagi Paulus, pengungkapan perasaan ini melegakan. Namun terlebih penting bagi jemaat, pengungkapan ini membuktikan bahwa Paulus bukan khawatir akan harta atau pendapatannya, melainkan diri dan kekayaan rohani mereka. Dan, jemaat Korintus dapat mengetahui isi hati Paulus yang terdalam, sehingga mereka dapat bersiap diri bila ia datang kepada mereka. Bagaimana jika kekhawatiran kita pendam tanpa bisa diungkapkan? Hal ini akan memunculkan spekulasi yang tidak benar, sehingga mengganggu relasi dengan diri sendiri dan sesama. Jadi, belajarlah mengungkapkan rasa khawatir kepada sesama atau kepada Tuhan dalam doa. Serahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan dan sampaikan dengan jujur. Itulah yang membuat kita tenang. [TMP] Baca Gali Alkitab 8 Surat-surat Paulus berisi banyak pelajaran, nasihat, dan teguran yang keras. Paulus sendiri mengakui bahwa dirinya berani dalam menulis surat, namun ia tidak sekeras itu bila berhadapan muka dengan orang. Itulah Paulus yang suratnya tegas, namun pribadinya lemah lembut. Tetapi, ia memperingatkan orang-orang yang menganggap dirinya lemah ketika berhadapan muka, karena jika berhadapan langsung, tindakannya pun akan sama tegasnya dengan isi surat-suratnya. Apakah kita mampu memiliki sikap lemah lembut seperti Paulus, namun tegas dalam tindakan? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |