Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/06/22 |
|
Sabtu, 22 Juni 2019 (Minggu Trinitas)
|
|
Seorang Ibu pernah bercerita, ”Setelah lima tahun pernikahan kami, suami saya meninggal. Sementara saya harus membesarkan empat anak yang masih kecil-kecil. Hari-hari itu berlalu sangat berat dan tidak mudah menjalani tahun-tahun yang lewat. Sampai akhirnya, keempat anak saya kuliah, berkeluarga, dan sekarang sudah memiliki kehidupan yang layak.” Saya bertanya, ”Bagaimana Ibu bisa melewati semua itu? Ia menjawab, ”Saya melihat dengan hati, bukan dengan mata. Kalau dengan mata, saya tak melihat apa pun. Namun dengan hati, saya melihat masa depan anak saya yang cerah.” Dari kisah di atas, kita bisa mengambil satu pelajaran bahwa tidak semua hal bisa kita lihat dengan mata. Untuk kebenaran yang Tuhan singkapkan, sering kali kita harus melihat dengan mata hati. Herodes, misalnya, ia berkali-kali mendengar tentang kehebatan Yesus. Namun setiap mendengarkan, ia selalu merasa cemas (7). Perasaan itu membuatnya bertanya-tanya kepada banyak orang. Ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang telah bangkit (7); Elia yang muncul kembali; atau nabi-nabi yang telah bangkit (8). Herodes terus bertanya, ”Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” (9). Herodes mencari kebenaran, namun tak kunjung menemukannya. Walau ia mendengar kebenaran, tetapi tak terpuaskan. Itu karena kecemasannya telah menutupi mata hatinya. Bagaimana dengan kita? Pada akhirnya, kebenaran yang disingkapkan kepada kita adalah anugerah Tuhan semata. Kebenaran sejati ada di dalam Yesus. Pengalaman perjumpaan pribadi dengan Sang Kebenaran akan mengubah banyak hidup kita. Tuhan akan menyatakan kebenaran-Nya di sepanjang kehidupan kita. Dia hanya meminta agar kita melihatnya dalam kerendahan hati. Apakah kebenaran itu membukakan mata hati kita? Apakah kebenaran itu menjadikan hidup kita lebih damai, tenteram, dan tenang? Doa: Tuhan, terima kasih untuk anugerah-Mu karena sudah membuka hati kami melihat kebenaran-Mu.[SA] Baca Gali Alkitab 8 Beratnya tekanan hidup kerap membuat kita takut. Bahkan, ada saja orang yang rela meninggalkan imannya karena menghadapi permasalahan yang tak ada ujungnya. Penderitaan dalam badai kehidupan memang sering membuat kita kehilangan kesadaran. Nas ini sedang bercerita tentang Yesus yang meredakan badai. Setidaknya, ada dua pokok pikiran yang ingin dibagikan penulis Injil Lukas. Pertama, lewat otoritas-Nya pada alam, Injil ingin membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Kedua, Tuhan Yesus selalu ada bersama para murid-Nya sekali pun di tengah badai. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |