Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/06/23 |
|
Sabtu, 23 Juni 2018 (Minggu ke-4 sesudah Pentakosta)
|
|
Ada kelompok etnik tertentu yang menekankan pentingnya persaudaraan berdasarkan marga atau fam. Ada juga suku yang sangat menekankan persaudaraan komunal, yaitu persaudaraan dengan orang-orang yang ada dalam komunitasnya, baik itu ikatan sedarah maupun bukan. Untuk menjaga solidaritas dan keutuhan kebersamaan, penyatuan diri dalam komunitas merupakan hal utama. Dalam kisah ini, kita melihat suatu kenyataan bahwa Esau dan Yakub tidak akur. Bagaimapun juga keduanya dilahirkan dari ibu yang sama, yaitu Ribka. Ketidakcocokan di antara mereka masih dapat dimaklumi karena pada dasarnya manusia itu beragam dan berbeda, baik secara sifat, watak, kepribadian, pola pikir, hobi, dan lainnya. Hal ini pun tampak pada diri Esau dan Yakub. Esau suka berburu, bertualang, dan menggembara. Sedangkan Yakub lebih suka diam di rumah, memasak, dan membantu ibunya. Sebenarnya berbeda itu indah. Namun, disayangkan bahwa perbedaan itu membuat Esau dan Yakub tidak rukun. Ketidakharmonisan mereka bukan hanya pada masalah gaya (style), tetapi juga soal ambisi dan persaingan. Contohnya mengenai berbagi makanan. Yakub adalah pribadi yang perhitungan dan ambisius. Saat Esau meminta semangkuk sop kacang merah, Yakub memanfaatkan momen itu untuk melakukan tawar-menawar soal hak kesulungan. Di sini Yakub memahami keuntungan yang terkandung dalam hak kesulungan dan hak waris janji Allah. Sedangkan Esau adalah pribadi yang cuek, menggampangkan segala sesuatu, dan kurang bertanggung jawab. Ia tidak terlalu peduli dengan kekudusan hak kesulungan. Semua ini bisa terjadi karena perilaku orangtua mereka yang tebang pilih dalam hal mengasihi anaknya. Keluarga pun pecah. Kisah keluarga Ishak dan Ribka merupakan contoh konkret dan peringatan bagi kita. Sebagai orangtua sepatutnya kita bijak mendidik anak-anak agar saling mengasihi dalam persaudaraan dan perbedaan, bukan saling bersaing satu sama lain. Sebab dalam perbedaan terdapat berkat Allah. [KA] Baca Gali Alkitab 8 Baru saja Abraham menikmati berkat Tuhan berupa putra tunggal yang akan menjadi ahli warisnya, Tuhan sudah datang menuntut Abraham untuk mempersembahkannya kembali kepada Dia. Satu hal yang penting untuk disimak, yaitu bahwa tuntutan ini adalah suatu ujian (mencoba=menguji) bagi kesetiaan Abraham kepada-Nya. Janganlah curiga bahwa Allah sedang mempermainkan Abraham, atau bahwa Ia senang menyiksa anak-anak-Nya sendiri. Kita tidak tahu isi hati Abraham secara eksplisit. Namun surat Ibrani memberitahu kita bahwa oleh iman Abraham rela mempersembahkan Ishak, oleh karena ia percaya Allah sanggup membangkitkan orang mati (Ibr. 11:19). Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |