Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/06/24 |
|
Senin, 24 Juni 2024 (Minggu ke-5 sesudah Pentakosta)
|
|
Salah satu penyebab dari tiadanya damai dalam hidup bersama adalah buruknya komunikasi. Orang lebih suka memendam kekecewaan dan sakit hati. Semua itu akhirnya meledak menjadi kemarahan yang berlebihan ketika ada pemicunya. Relasi menjadi rusak dan kadang hampir mustahil untuk dipulihkan. Hari ini kita belajar tentang komunikasi yang baik dari dua tokoh Alkitab, yaitu Abraham dan Abimelekh. Abimelekh adalah raja Gerar, di mana Abraham tinggal sebagai pendatang. Ia mempunyai pengalaman yang menimbulkan trauma. Hal itu terjadi ketika Abraham sampai di Gerar dan mengatakan bahwa Sara adalah adiknya. Abimelekh ingin memperistri Sara, tetapi Allah memperingatkan bahwa apa yang ia lakukan itu salah. Akhirnya, Abimelekh dengan marah menjumpai Abraham untuk mengembalikan Sara. Dari pengalaman tersebut, ia menemui Abraham untuk mengikat perjanjian bahwa Abraham tidak akan berlaku curang lagi kepadanya dan keturunannya. Ia dengan sadar mengakui trauma yang pernah ia alami karena Abraham. Oleh karenanya, ia mau agar apa yang ia alami tidak dialami kembali olehnya dan keturunannya. Abimelekh telah jujur terhadap perasaannya dan mampu menyampaikan itu kepada Abraham dalam tindakan antisipatif berupa perjanjian (22-24). Percakapan keduanya kemudian meluas dan sampai pada pengalaman buruk yang Abraham alami terkait dengan sumur milik Abraham yang dirampas oleh hamba-hamba Abimelekh. Masalah itu pun kemudian bisa terselesaikan dengan baik. Mereka berdua mengikat perjanjian agar keduanya dapat hidup bersama dalam damai (25-27). Kejujuran antara satu sama lain dalam komunikasi terbuka menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan bersama. Semua itu butuh kerendahan hati agar kita bisa menerima dan mau mendengarkan protes orang lain dengan bijaksana. Semua itu tentu akan mendatangkan kelegaan dan kedamaian bagi kedua belah pihak. Mari kita membangun komunikasi yang jujur, tulus, terbuka, serta saling menghargai dan menerima. [MTH]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |