Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2007/06/27 |
|
Rabu, 27 Juni 2007
|
|
Judul: Mendengar dan memahami Allah tidak pernah melepaskan perhatiannya saat bangsa Israel dalam perjalanan ke luar dari Mesir menuju tanah Kanaan. Ada tiang awan yang merupakan tanda penyertaan dan pimpinan Allah atas mereka. Kemudian Tuhan menetapkan perlengkapan tambahan bagi perjalanan mereka, yakni dua buah nafiri perak. Nafiri adalah sebuah alat tiup berbentuk seperti trompet. Nafiri ini berfungsi untuk memberikan komando kepada umat: kapan harus berkumpul dan kapan waktu untuk berangkat dari lokasi mereka berkemah saat itu. Ketika mereka harus berperang melawan bangsa Kanaan, nafiri juga memainkan peranannya. Imam akan meniup nafiri sebagai panggilan bagi umat agar mempersenjatai diri. Juga akan mengingatkan umat untuk meminta pertolongan Allah, agar Ia melepaskan mereka dari tangan musuh (9). Begitu pula saat mempersembahkan korban untuk menandai hari raya dan hari pertama tiap bulan, nafiri harus ditiup untuk mengingatkan Tuhan akan keberadaan mereka (10). Dengan kegunaan yang beragam, ada perbedaan bunyi yang membuat umat memahami makna tiupan nafiri saat itu (3-7). Tetapi ada satu catatan penting yang Tuhan berikan, nafiri itu harus ditiup oleh anak-anak imam Harun (8). Nafiri dipakai Tuhan untuk memudahkan menyatukan gerak umat Israel, baik dalam perjalanan di padang gurun, dalam peperangan maupun dalam kehidupan beribadah. Lengking suara nafiri akan menentukan gerak kehidupan umat, dan bisa juga dianggap sebagai simbol dari perintah dan kehendak Tuhan. Untuk itu, umat perlu memberi respons dan bertindak setelah memahami maknanya. Umat Tuhan yang hidup di zaman modern ini bukan hanya menerima simbol, tetapi perintah dan kehendak Tuhan yang nyata di dalam Alkitab. Namun kesibukan gerak hidup membuat kita sering merasa sulit mendengar suara Tuhan. Kita perlu sadar bahwa tanpa mengkhususkan diri untuk peka pada suara Allah, hidup kita bisa tidak bermakna.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |