Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/06/27 |
|
Minggu, 27 Juni 2010
|
|
Judul: Budaya dosa masuk dalam keluarga Kalau dilihat dari perspektif kaum laki-laki, justru nikmat bukan punya istri dua? Tanpa harus membujuk istri pertama, mertua sendiri malah mengatur agar kedua putrinya menjadi istri Yakub. Eh kenikmatan lain nomplok lagi. Masing-masing istri malah menawarkan pembantu mereka jadi gundik Yakub, gara-gara mereka bersaing memperebutkan cinta Yakub dengan jalan berlomba siapa yang paling tokcer memberi anak (30:3, 9). Nah jadilah laki-laki bernama Yakub ini dimanja kelelakiannya. Betapa kacau keluarga itu. Bagaimana bisa jadi laki-laki bahagia bila cinta para istri dan gundiknya merosot menjadi racun dan saling berusaha membuat "racun cinta" mujarab bagi suami mereka? Jangan ditanya lagi bagaimana melihat kehidupan keluarga Yakub dari sudut pandang perempuan. Dari para perempuan yang mengalami langsung, yaitu Lea, Rahel, dan masing-masing budak mereka yaitu Zilpa dan Bilha, terpapar jelas kecemburuan, persaingan, pertikaian, kemarahan, tindakan memperalat, emosi, dan sikap luka-melukai. Terjadi persaingan, persekongkolan, kecemburuan, dlsb., seperti yang akan kita lihat dalam kisah-kisah mereka selanjutnya. Mengapa keluarga Yakub jadi morat-marit begini? Hanya karena dosa yang dilazimkan dalam budaya, yaitu budaya yang mempraktikkan poligami, diizinkan masuk dalam keluarga bapa leluhur ini. Juga karena awalnya dimulai oleh dosa Laban yang mendustai Yakub. Dusta dan poligami dalam interaksi Laban dan Yakub, mengakibatkan keluarga Yakub menjadi keluarga yang tidak ada bedanya dari budaya dosa. Keluarga orang beriman harus waspada terhadap berbagai hal yang dilazimkan dalam budaya. Ketika budaya jadi tekanan dosa yang berat atas keluarga kita, kita harus terbuka pada firman-Nya dan bersandar pada kuasa anugerah-Nya untuk mengalami pembaruan.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |