Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/06/27 |
|
Sabtu, 27 Juni 2020 (Minggu ke-3 sesudah Pentakosta)
|
|
Pada zaman milenial ini banyak orang berusaha mencari popularitas. Salah satu caranya adalah dengan berlomba-lomba mem-posting segala kegiatan yang dilakukan demi mendapatkan banyak follower di media sosial. Suasana hati seseorang sering ditentukan oleh berapa banyak orang yang "suka" dengan apa yang di-posting-nya. Namun, popularitas adalah kepuasan yang sangat fana, yang tanpa diketahui sebabnya bisa menghilang begitu saja. Pengkhotbah menekankan di ayat 13, betapa lebih baik seorang pemuda miskin yang berhikmat daripada seorang raja tua yang bodoh. Umumnya, Alkitab menggambarkan orang tua yang berhasil sebagai hal positif. Namun, ketika orang tersebut tidak lagi mau mendengarkan nasihat (sudah menjadi orang bebal), lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat. Pengkhotbah menekankan bahwa hikmat lebih penting daripada usia dan keberhasilan. Tidak mengherankan, orang muda itu kemudian menjadi sangat populer, disukai orang, dan akhirnya menjadi raja (15). Namun, generasi berikutnya datang, dan pada akhirnya orang muda itu tidak lagi disukai (16). Kita tidak tahu mengapa ia tidak disukai orang. Karena itu, pengkhotbah menyimpulkan bahwa popularitas juga merupakan sesuatu yang sia-sia (fana), dan yang tidak perlu terus-menerus dipertahankan. Popularitas merupakan hal fana yang dengan mudah dapat hilang sekejap tanpa penyebab yang jelas. Orang yang semula sangat populer dapat kehilangan ketenarannya dengan cepat. Karena itu, kita jangan menggantungkan hidup pada popularitas yang fana dan mulai mencari apa yang kekal. Hidup orang percaya adalah untuk menjalankan perintah Tuhan, memuliakan-Nya, dan menikmati-Nya. Mari kita belajar melakukan apa yang dipercaya sebagai hal yang benar yang harus dilakukan, bukan apa yang dianggap bisa membuat populer. Lepaskanlah diri kita dari jerat popularitas. Mari kita bertekad untuk hidup jauh dari perilaku mencari popularitas dan bersungguh-sungguh mengarahkan diri pada segala yang bernilai kekal. [INT] Baca Gali Alkitab 9 Seorang anak kecil tentu ingin tahu seperti apa rasanya menjadi anak yang lebih besar dari dia. Dia juga ingin segera menjadi besar seperti kakaknya, bahkan ingin menjadi seperti ayah atau ibunya. Faktanya, dia memang akan menjadi seperti yang diinginkannya. Namun, tentu saja dia harus menunggu sampai tiba waktunya, yakni bertahun-tahun kemudian. Ada waktu untuk segala sesuatu. Ada yang cepat terjadi, ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama. Semua ada dalam waktunya Tuhan. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |