Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/07/02 |
|
Senin, 2 Juli 2018 (Minggu ke-6 sesudah Pentakosta)
|
|
Kalau benci sudah meraja, maka kita akan mati rasa. Setiap kebaikan akan kita nilai sebagai keburukan. Kedengkian itu membutakan, sehingga mata hati tidak bisa melihat kebajikan. Niat hati orang seperti ini hanyalah mencari-cari cacat orang lain. Dia suka mengorek kesalahan. Tentu ini sebuah perangai yang buruk. Jelas saja, tak ada orang mau terlihat seperti ini. Untuk menutupinya, topeng dijadikan sebagai tameng. Coba kita perhatikan sikap Laban. Kemarahannya memuncak saat mendengar Yakub meninggalkannya. Ia, bersama sanak saudaranya, langsung segera mengejar (23). Setelah bertemu dengan Yakub, putri, dan cucu-cucunya, ia berpura-pura bijaksana agar terlihat sebagai orang tua yang baik. Laban menyatakan ketulusannya. Ia tidak mau melakukan hal yang jahat kepadam menantunya (29). Niatnya, sebagai orangtua, ingin mengantar kepergian Yakub dengan sukacita dan mencium anak cucunya (27-28). Sayang, semua itu hanya ucapan di bibir berbalut topeng kemunafikan. Tujuan Laban mengejar Yakub sebenarnya hanya ingin meluapkan kemarahan. Lalu, ia berpura-pura kehilangan anak perempuan dan cucunya. Sesungguhnya, ia lebih merasa kehilangan harta dan dewanya (patung 'terafim') yang dicuri Rahel (34). Itulah yang membangkitkan amarahnya. Dia merasa tertipu. Pendeknya, Laban menuding Yakub sebagai menantu yang tidak tahu diri. Tuduhan itu mengakibatkan kebaikan Yakub bertahun-tahun serasa sirna tak berguna. Panas setahun dihapus hujan sehari. Kadang, kita juga bersikap munafik. Kita seolah bermurah hati, padahal maunya ingin dipuji. Kita mencoba menutupi watak asli hanya untuk kehormatan diri. Kepura-puraan seperti ini, pastilah dibenci Tuhan. Di sinilah kita diajak hidup dalam kejujuran, tanpa kemunafikan. Bukalah topeng kita. Perlihatkan wajah kejujuran, kebaikan, kekudusan, sukacita, dan kasih yang sejati. Karena inilah yang dikehendaki-Nya. Doa: Tuhan ajarilah kami untuk tidak munafik. [SP]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |