Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/07/03 |
|
Jumat, 3 Juli 2020 (Minggu ke-4 sesudah Pentakosta)
|
|
Kita sering mengidentikkan kebahagiaan dengan banyaknya harta, tingginya jabatan, atau keturunan. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran kalau banyak orang mendewakan dan mengejar semua itu dengan cara apa saja. Pertanyaan yang patut kita renungkan adalah, "Benarkah itu rahasia hidup bahagia?" Pengkhotbah mengamati ada satu ironi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan. Ia seolah ingin mengatakan bahwa orang benar harus pergi dari kota sedangkan orang fasik diperbolehkan berada di dalam kota (10). Salah satu fungsi kota adalah memberi perlindungan dan keamanan kepada penduduknya. Namun, ia justru melihat kenyataan yang berbeda. Orang benar mendapat hukuman, sedangkan orang fasik mendapat pujian (14). Ironi ini seakan-akan mengatakan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan cara apa pun. Namun, Pengkhotbah tidak berkata demikian. Sebaliknya, ia berkata bahwa semua itu adalah kesia-siaan belaka (10, 14). Orang fasik tidak akan pernah bahagia, sekalipun mereka bebas melakukan kejahatan. Mereka akan segera lenyap dengan seketika seperti bayang-bayang. Mereka tidak akan bertahan lama. Mereka yang berbahagia adalah orang yang takut akan Allah dan hadirat-Nya. Takut dapat berarti menghormati Allah, beribadah kepada-Nya, atau menaati peraturan-Nya. Jadi, mereka yang berbahagia adalah orang-orang benar karena merekalah yang takut akan Allah. Rahasia hidup bahagia adalah hidup yang berpusat pada Allah. Kebahagiaan bukanlah perkara mendapatkan sesuatu. Apa pun yang kita miliki sekarang adalah murni pemberian Allah. Kebahagiaan adalah perkara menikmati pemberian itu. Allah adalah sumber segala yang kita miliki dan kita nikmati. Oleh karena itu, berbahagialah dalam Tuhan. Kebahagiaan sejati kita adalah menikmati Allah dalam setiap detik kehidupan. Maka sekarang, kita terus berbahagia karena memiliki Tuhan, Sang Sumber segala yang ada. Kebahagiaan kita sangat berarti. Sebab itu, kita mesti setia kepada Tuhan. [JPH]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |