Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/07/04 |
|
Sabtu, 4 Juli 2020 (Minggu ke-4 sesudah Pentakosta)
|
|
Pengkhotbah hari ini berpesan, "Nikmatilah hidup sebelum mati." Alasannya sederhana. Pertama, nasib semua orang adalah sama. Orang benar, orang fasik, orang baik, orang jahat, orang tahir, orang najis, penyembah yang taat maupun tidak, semuanya akan mati (2-3). Kedua, hidup jauh lebih berharga daripada kematian. "Anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati, " kata Pengkhotbah. Hal itu menunjukkan bahwa sehebat apa pun manusia, ia tidak akan ada artinya apabila sudah mati (4). Ketiga, hanya dalam dunia orang hidup, yaitu di bawah matahari, ada harapan. Jangankan berharap, dalam dunia orang mati tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat (4-6, 10). Keempat, manusia tidak bisa memprediksi kematian (12). Jika kenyataan memang seperti itu, lalu bagaimana cara kita menikmati hidup? Pertama, menikmati hidup harus dengan berpusat pada Allah. Ia adalah penguasa atas hidup manusia dan segala sesuatu yang dimiliki manusia itu. Hikmat dan cara Allah tidak sama seperti hikmat dan cara manusia. Allah memberikan hikmat kepada yang dikehendaki-Nya dengan cara-cara yang tidak masuk akal bagi manusia. Kedua, menikmati hidup harus dengan sukaria. Secara eksplisit Pengkhotbah mengatakan, "Mari makan roti dengan sukaria dan minum anggur dengan hati yang senang, ... Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu, " (7, 8). Pakaian putih adalah simbol sukacita. Minyak mengacu kepada tanda berkat dan ekspresi sukacita. Ketiga, menikmati hidup harus dengan hal-hal yang sudah disediakan Allah. Roti yang dimakan, anggur yang diminum, minyak yang dicurahkan, istri yang dikasihi, dan tenaga untuk mengerjakan segala sesuatu adalah berasal dari Allah. Oleh karena itu, janganlah kita menikmati apa yang tidak diberikan oleh Allah. Mari kita ucapkan terima kasih untuk segala yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Mintalah hikmat-Nya supaya kita menikmati hidup ini seperti yang Tuhan inginkan. Dan kita pun perlu bersukaria memuji nama-Nya di dalam segala hal. [JPH] Baca Gali Alkitab 1 Hubungan negara dan gereja adalah salah satu topik yang cukup serius dibahas dalam sejarah gereja. Percakapan ini setidaknya sudah dimulai sejak Paulus menuliskan pemikirannya tentang hal ini dalam Roma 13. Setelah itu, tokoh-tokoh gereja, seperti, Augustinus, Luther, Calvin, dan sebagainya turut juga menyumbang gagasan perihal topik ini. Walaupun jarang dibicarakan, ternyata Perjanjian Lama juga menyumbang gagasan mengenai persoalan ini. Kitab Pengkhotbah ternyata pernah mengurai gagasannya mengenai hubungan antara rakyat (umat) dengan raja (kerajaan). Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |