Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/07/10 |
|
Minggu, 10 Juli 2016 (Minggu ke-9 sesudah Pentakosta)
|
|
Dari zaman dulu sampai sekarang, banyak orang benar merasa iri hati kepada orang fasik yang hidupnya sepertinya penuh dengan kemakmuran dan kenyamanan. Begitu pula dengan pemazmur dalam Mazmur 73. Ia hampir terpeleset karena cemburu melihat kehidupan orang fasik yang "menambah harta benda dan senang selamanya" (12). Apa yang harus kita lakukan ketika jatuh pada pemikiran yang sama dan tergoda untuk hidup seperti orang fasik? Seperti pemazmur, kita harus terus berpegang pada Tuhan, walaupun kita tidak mengerti dan hati kita belum dapat menerimanya. Pemazmur mengatakan bahwa meski hatinya terasa pahit dan buah pinggangnya tertusuk-tusuk rasanya; meski merasa dungu dan tidak mengerti, ia tetap di dekat TUHAN (21-23). Secara kasat mata, orang fasik sepertinya hidup dengan enak dan tidak kena tulah seperti orang lain (5), sedangkan orang benar kena tulah dan kena hukum sepanjang hari (14). Iman adalah "bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1). Realita dibalik apa yang kelihatan adalah bahwa orang fasik ditaruh Tuhan di tempat-tempat licin (18) dan Tuhan akan membinasakan mereka (27). Ketika kita hanya menginginkan Tuhan dan melihat bahwa bagian kita hanyalah Allah selama-lamanya (26), maka kita akan dapat mengerti realitas sesungguhnya. Kita pun dapat seperti pemazmur yang suka dekat dengan Allah dan menaruh perlindungan kita kepada-Nya sehingga dapat menceritakan kembali segala pekerjaan-Nya (28). Kehidupan orang percaya selalu penuh dengan tantangan, termasuk tantangan dalam diri sendiri yang cenderung untuk mudah iri hati kepada orang yang menikmati hidup secara duniawi. Kebahagiaan manusia yang sejati hanya dapat diperoleh dalam Tuhan, dan bukan dalam apa yang ditawarkan dunia. Tidak perlu iri terhadap orang lain dan nikmati kehidupan kita sebagai orang percaya yang diberkati oleh penyertaan Tuhan. [IT] Pengantar Kitab Nahum Namanya berarti "penghibur". Ia adalah penduduk asli Elkosy, mungkin sebuah kota yang letaknya dua puluh mil di sebelah barat daya Yerusalem. Kitab ini kemungkinan ditulis di antara 663 SM, ketika Tebe ditaklukkan bangsa Asyur (lih. Nah. 3:8-10) dan kekalahan Niniwe, ibukota Asyur, oleh tentara gabungan antara Medes dan orang Babilonia pada 612 SM seperti digambarkan dengan jelas dalam Nahum 2:6-8. Dalam kitab ini sebagaimana dalam kitab Obaja ada suasana kebencian dari musuh-musuh umat Allah. Obaja menyerang Edom dan Nahum menyerang Asyur. Asyur yang berada di puncak kejayaannya merupakan sumber ketakutan bagi seluruh Asia Barat. Asyur pula yang bertanggung jawab atas kekejaman yang luar biasa dalam peperangan, terutama terhadap Mesir. Kitab ini kemungkinan ditulis dalam bentuk puisi, dan berisi gambaran yang paling realistis mengenai pengepungan dan penyerangan terhadap sebuah kota dalam seluruh Perjanjian Lama. Dalam kitab ini ada gambaran tentang murka, belas kasihan, kuasa dan perlindungan Allah (1:1-8). Kemudian ada gambaran tentang penghancuran Niniwe yang tidak berdaya melawan Allah (1:9-15). Serangan terhadap Niniwe digambarkan dengan adanya persiapan hingga pertumpahan darah di kota (2:1-3:4). Bukan manusia, tetapi Allah sendiri yang melawan Niniwe (3:5-19). Meskipun Kitab Nahum lebih banyak berbicara tentang kekerasan Allah, tetapi kebaikan Allah tidak ditutupi; terutama atas umat-Nya. TUHAN menunjukkan segala tindakan-Nya karena kecemburuan-Nya terhadap umat-Nya (1:22). Nahum menegaskan bahwa kejahatan setiap orang dan bangsa harus dipertanggungjawabkan kepada Allah, dan ada penghakiman bagi mereka yang melakukan kejahatan di hadapan-Nya. Bagaimanapun, Allah di dalam kedaulatan-Nya berkuasa atas segala kerajaan dan tampuk pemerintahan; dan Ia memelihara semua orang, meskipun mereka bukan umat pilihan-Nya.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |