Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/07/10 |
|
Sabtu, 10 Juli 2021 (Minggu ke-6 sesudah Pentakosta)
|
|
Ujian sudah menjadi bagian yang akan selalu diperhadapkan kepada manusia. Dalam perkara seperti pendidikan atau kerja, akan selalu ada ujian sebelum manusia naik pada tingkatan, golongan, atau kelas yang lebih tinggi. Begitu juga dalam perkara ibadah dan kesalehan hidup. Bangsa Yehuda menuntut pengampunan dari Allah, mereka pun yakin akan mendapatkannya (1). Namun, sikap dan perilaku mereka seperti orang-orang yang tidak membutuhkan pengampunan dari Allah. Mereka tidak menunjukkan sikap hidup yang sedang menantikan pengampunan Allah. Mereka melakukan kekejian di mata Allah (2). Setiap saat mereka ingin tahu jalan Allah, tetapi pada saat yang sama mereka hidup di dalam dosa. Jika mereka menantikan pengampunan, maka seharusnya merendahkan diri di hadapan Allah sambil memohon belas kasihan-Nya. Bangsa Yehuda merasa telah melakukan kehendak Allah. Mereka berusaha hidup saleh dan taat dengan melaksanakan ritual ibadah. Namun, Allah memberi tahu bahwa mereka melakukan kekejian di depan mata-Nya. Allah menghendaki puasa yang membebaskan mereka dari belenggu kelaliman supaya mereka menjadi orang-orang yang rendah hati. Allah menghendaki ibadah yang membawa perubahan diri dan berdampak nyata dalam kehidupan umat, karena saat itulah umat menjadi terang dan berkat bagi orang lain. Ibadah yang Allah kehendaki adalah ibadah yang berorientasi kepada kepentingan Allah dan pengenalan yang benar akan kehendak-Nya, bukan kepada kepentingan diri sendiri. Hidupilah makna dan hakikat dari ritual ibadah yang kita jalani. Jangan terjebak dengan ibadah semu yang penuh kepura-puraan atau kemunafikan. Dalam setiap ritual peribadahan, Allah menguji kesalehan dan kesungguhan kita kepada-Nya. Hakikat ibadah adalah mengalami perjumpaan yang dalam dan indah dengan Tuhan baik dalam ritual ibadah maupun dalam praktiknya setiap hari. Itulah bentuk kesalehan dan ibadah kita yang sejati, yang Tuhan inginkan terwujud di dalam hidup kita sebagai umat-Nya. [RTS] Baca Gali Alkitab 2 Batu-batu licin dari sungai merupakan sesembahan orang yang tidak mengenal Allah kepada dewa-dewa mereka. Namun, umat Allah juga memiliki batu-batu licin itu dan ikut menyembah dewa berhala. Perilaku seperti itu dilukiskan sebagai perselingkuhan atau perzinahan. Sungguh menyedihkan, umat Allah beribadah kepada dewa bangsa asing yang bernama Molokh. Perzinahan yang dilakukan oleh umat Allah tidak menimbulkan rasa bersalah dalam diri mereka, bahkan mereka merasa beroleh kekuatan dari dewa berhala yang mereka sembah itu. Dalam keterikatan dengan Molokh, umat tidak lagi takut kepada Allah. Mereka tidak menyadari iman dan perbuatan mereka tersebut bersifat semu dan berujung kesia-siaan. Allah kemudian akan membawa umat ke dalam penghakiman. Allah pun akan membuktikan bahwa dewa berhala yang mereka sembah tidak memiliki kuasa apa pun. Namun, orang-orang yang berlindung kepada Allah akan menerima berkat sejati dan menikmati persekutuan dengan-Nya. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |