Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/07/14 |
|
Sabtu, 14 Juli 2012
|
|
Judul: Ketaatan orang tua Di sisi lain, Hemor -ayah Sikhem- justru bertindak cepat terhadap keinginan anaknya untuk memperistri Dina (6). Hemor menemui Yakub untuk melamar Dina serta menawarkan negerinya untuk ditinggali oleh keluarga Yakub (10). Juga Sikhem sendiri pun telah meminta maaf dan bersedia menikahi Dina. Sementara anak-anak Yakub malah merancang kejahatan terhadap Hemor dan Sikhem dengan mengajukan persyaratan berkedok ritual keagamaan (15). Dan Yakub, sekali lagi diam saja. Kisah Dina merupakan wujud dari kegagalan orang tua yang menjadi teladan bagi anaknya. Namun yang paling utama adalah gagalnya manusia memenuhi kehendak Tuhan. Pada Kejadian 31:3 perintah Tuhan kepada Yakub sangat terang menyuruhnya kembali ke tanah nenek moyangnya, tempat di mana Ishak, ayahnya serta kaum keluarganya berada. Akan tetapi, dalam pejalanan menuju ke sana Yakub singgah dan mendirikan kemahnya di dekat wilayah orang kafir (Kej. 33:18-19). Ketidaktaatannya kepada perintah Tuhan ini ternyata mendatangkan petaka bagi keluarganya. Tak hanya itu, ketika prahara menimpa keluarganya, Yakub pun diam dan membiarkan anak-anak menyelesaikan perkara yang harusnya menjadi urusan orang tua. Sungguh bukanlah tindakan yang bijaksana. Diam tak selalu emas! Ketika persoalan menimpa keluarga kita, baiklah orang tua segera mengambil tindakan untuk menyelesaikannya sambil datang kepada Tuhan dan berserah dalam doa. Sebab, mungkin saja persoalan itu disebabkan oleh sikap kita yang tidak taat pada perintah Tuhan. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |