Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/07/19 |
|
Rabu, 19 Juli 2023 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)
|
|
Istilah "jatuh merek" muncul ketika seseorang mengalami kemerosotan harga diri. Istilah itu menggambarkan nasib Haman dengan tepat. Raja meminta pertimbangan Haman tentang cara memberi penghormatan kepada seseorang (6a). Sayangnya, kesombongan membuat Haman merasa bahwa dirinyalah yang akan mendapat penghormatan dari raja sehingga ia merancang seremoni penghormatan setinggi-tingginya (6b-9). Ternyata, Mordekhailah yang mendapat penghormatan itu. Alih-alih menyulakan Mordekhai seperti rencananya (4), Haman justru harus mengenakan pakaian kehormatan kepada Mordekhai dan berkeliling menuntun kuda yang ditunggangi Mordekhai sambil menyerukan penghormatan raja kepadanya (11). Jatuh merek, dia! Harga dirinya merosot! Kiranya kita belajar dari Haman. Kejayaan yang dia terima dari raja membuatnya takabur. Dia merasa bahwa tak ada orang lain yang dapat berjasa kepada raja dan layak mendapat penghormatan selain dirinya. Dengan tinggi hati dia memandang rendah semua orang. Istilahnya dalam bahasa Jawa adalah ngilang-ilangke, artinya menganggap tak ada peran atau jasa orang lain. Kita tidak hidup sendirian. Setiap orang berada dalam relasi dengan orang lain. Sehebat apa pun kita, tak mungkin kita menjalani hidup seorang diri. Tidak semua hal bergantung pada kita dan bukan kita satu-satunya yang berjasa. Kita perlu melebarkan jangkauan pandangan kita agar kita tidak berpusat pada diri sendiri, melainkan dengan jujur melihat ke sekitar. Di sana ada orang-orang yang berjasa kepada kita dan untuk kehidupan bersama. Tuhan menciptakan manusia dan menempatkan setiap orang sesuai dengan peran yang diberikan-Nya. Mari kita belajar menghargai dan memandang orang lain sebagai pribadi yang sama-sama berharga seperti kita. Tentu, kita berlaku demikian bukan semata-mata supaya tidak jatuh merek, tetapi untuk kebaikan bersama yang dapat dinikmati oleh semua. Bukankah hidup akan lebih indah dan damai jika diwarnai dengan sikap saling menghargai secara setara? [KRS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |