Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2009/07/21 |
|
Selasa, 21 Juli 2009
|
|
Judul: Segeralah, lepaskan aku! Meski tidak dijelaskan apa persisnya peristiwa yang ia alami, tentu hal itu begitu mengerikan sampai ia berteriak agar Allah segera menolong. Awal dan akhir doanya adalah teriakan: "Bersegeralah ya Allah, lepaskan aku. Tolong aku!" Jangan berlama-lama Tuhan, sebab kegelapan ini sudah menyelubungiku. Maut, o Tuhan, sedang mengintai hendak merenggut nyawaku. Jika Allah mengulur waktu, apa yang akan terjadi? Musuh sudah dekat. Mereka bernafsu mencelakaiku! Teriakan pemazmur tidak sekadar menyangkut kepen-tingan keselamatannya pribadi. Ia mengaitkan kondisinya dengan kondisi iman orang lain, juga dengan "reputasi" Allah sendiri. Pengalamannya ini bersifat rohani. Musuh bukan saja ingin mencelakakan dirinya, tetapi juga mau menggoncangkan iman umat Allah. Namun lebih jahat lagi dari itu, di balik semua pencobaan, aniaya, dan tekanan dari si musuh, ada niat musuh ingin mempermalukan Allah. Oleh karena itu, pemazmur memohon jangan sampai musuh beria-ria (ayat 4), tetapi agar situasi itu dibalikkan oleh Allah. Supaya umat Allah melihat kenyataan dari yang mereka imani, bahwa Allah hidup, bertindak sesuai kasih dan kebenaran-Nya. Apa jadinya bila Allah tidak saja menunda malah meninggalkan kita? Itulah kengerian yang tak tertanggungkan. Tetapi itu justru dialami oleh Yesus. Ia menanggung itu supaya kegelapan ngeri maut akibat dosa tak perlu kita alami lagi! Maka jangan pernah kembali lagi ke dalam gelap dosa.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |