Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/07/22 |
|
Rabu, 22 Juli 2015
|
|
Judul: Dablek Kelihatannya, situasi kritis yang menimpa buah hatinya membuat Yerobeam teringat sang nabi. Yerobeam merasa perlu mendapatkan petunjuk Allah. Dia merasa perlu mengetahui kehendak Allah. Pada titik ini terlihat bahwa Yerobeam memiliki niat baik.Sayangnya, itu dilakukan dengan diam-diam. Yerobeam tidak berani menemui Ahia seorang diri. Mungkin karena gengsi, bisa jadi karena malu jika ada rakyat yang memergoki dia meminta pertolongan Allah, melalui Ahia. Bukankah dia sudah memerintahkan rakyat untuk menyembah allah lain? Kalau ada orang yang melihatnya meminta pertolongan dari Ahia, apa kata dunia? Maka istrinyalah yang dia minta menemui Ahia. Bisa jadi Yerobeam malu bertemu Ahia. Tindakan macam begini dibenci Allah. Mengapa? Karena Yerobeam masih menjalankan politik pencitraan. Dia tidak berani menghadapi Ahia seorang diri. Dia malu terhadap rakyatnya. Allah, dalam nubuat Ahia, membandingkan Daud dengan Yerobeam. Daud memang bukan superman. Dia bukan manusia tanpa dosa. Daud telah berselingkuh dengan istri orang, bahkan membunuh Uria, suaminya, agar perselingkuhannya tidak ketahuan. Namun, ketika ditegur Natan, Daud bertobat dan berubah. Anak pertama Daud dengan Betsyeba memang mati, tetapi itu jugalah yang membuat Daud insaf dan sadar bahwa Allah tengah menjalankan keadilan, orang bersalah harus dihukum. Itulah yang tidak dilakukan Yerobeam, meskipun anaknya mati sesuai nubuat Ahia (17). Kematian anak tidak membuat sang raja bertobat. Meski Yerobeam memahami bahwa kematian anaknya itu sesuai nubuat Ahia, tetapi Yerobeam tetap berkubang dalam dosanya. Aneh memang. Atau, Yerobeam memang dablek?
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |