Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/07/24 |
|
Jumat, 24 Juli 2015
|
|
Judul: Abiam dan Asa Menarik disimak, kedua orang itu dibandingkan dengan Daud, bapak leluhurnya, dan hasilnya bagai langit dan bumi. Yang satu hidup dalam dosa sebagaimana ayahnya, Rehabeam; yang lain sungguh berbeda. Penulis pun merasa perlu memperlihatkan peranan Maakha, anak Abisalom.Maakha adalah ibu dari Abiam dan nenek dari Asa. Maakha membuat patung Asyera dan menyembahnya. Nah, jika Abiam sangat dekat dan menghormati ibunya, Asa bahkan berani memecat Maakha dari jabatan ibu suri (13). Bisa disimpulkan, dalam keadaan yang buruk pun bisa muncul sesuatu yang baik. Meski pengaruh Maakha sangat kuat dalam diri Abiam, anaknya, namun pengaruh itu memudar dalam diri Asa. Kalau mau, Tuhan sanggup menjadikan secercah sinar nyala api dari segala yang serbakelam. Hanya persoalannya kembali kepada manusia, apakah dia mau menjaga nyala api itu? Itulah yang dilakukan Asa, dia tidak tenggelam dalam kekelaman penyembahan allah-allah lain sebagaimana ayah dan neneknya. Dia berpaut kepada Allah sebagaimana Daud moyangnya. Sayangnya, ketika berperang dengan Baesa, raja Israel, Asa memohon kepada Benhadad, raja Aram untuk memerangi kerajaan Israel dengan membawa emas dan perak yang masih tinggal dalam perbendaharaan rumah Tuhan (19). Memang, tentara Kerajaan Israel dapat dipukul mundur, tetapi meminta bantuan Benhadad, apa lagi, dengan memberikan bingkisan dari perbendaharaan rumah Tuhan jelas tak bisa dibenarkan. Asa lebih suka mengandalkan manusia, ketimbang Allah. Sayang memang.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |