Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/07/25 |
|
Selasa, 25 Juli 2017 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)
|
|
Indonesia adalah salah satu pasukan penjaga perdamaian paling hebat di dunia. Sejak tahun 1957, Kontingen Garuda Indonesia telah bekerja keras dalam menjaga perdamaian dunia. Dalam menjalani misi perdamaian, pasukan Indonesia dikenal ramah, sopan, ringan tangan, dan yang terpenting adalah profesional dalam menjaga penduduk lokal. Pasukan yang dikirim adalah para prajurit terbaik yang disiapkan, dilatih, dan dilengkapi pengetahuan untuk melaksanakan tugas misi perdamaian. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban dunia, dan ini adalah bukti bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari masyarakat dunia yang peduli dan aktif dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Paulus memiliki cita-cita agar jemaat kecil yang diinjilinya di Kreta dapat bertumbuh dan berbuah bagi Kristus. Ia mengharapkan kualitas diri dan persekutuan mereka tidak sama lagi seperti sebelum mengenal Kristus. Paulu menyadari cita-cita tersebut membutuhkan proses yang panjang dan kesetiaan serta komitmen sumber daya manusianya menghadirkan Kerajaan Allah di Kreta. Selain Titus sebagai utusan pelopor, Paulus juga mengirimkan Artemas; Tikhikus salah seorang yang paling dipercaya; Zenas adalah rabi Yahudi yang telah bertobat dan seorang ahli hukum; Apolos seorang pengajar yang termasyur (lih. Kis.18:24). Mereka adalah orang-orang pilihan yang memiliki keahlian dalam bidangnya. Hal ini memperlihatkan bagaimana Paulus sangat serius mewujudkan karya keselamatan Kristus bagi pendudukKreta. Nasihat singkat Paulus untuk para laskar Kristus adalah agar mereka melakukan perbuatan baik, mandiri, dan juga dapat mengulurkan tangan menolong orang-orang yang memerlukan bantuan (14). Jadi, utusan terbaik Kristus bekerja bukan hanya untuk mencukupkan kebutuhan sendiri, tetapi juga memiliki kemurahan hati untuk berbagi berkat Allah kepada sesamanya. [ETY] Pengantar Kitab Filemon Surat Paulus kepada Filemon menekankan pentingnya pengampunan dalam hubungan antarmanusia. Pengampunan merupakan kebutuhan utama manusia. Dalam Doa Bapa Kami, setelah memohon makanan, Yesus mengajar para murid-Nya berdoa untuk memohon pengampunan. Seenak apa pun makanannya, takkan pernah kita nikmati ketika hati gundah; entah merasa bersalah karena telah melukai orang lain atau merasa sakit hati karena perlakuan orang lain. Kala manusia mengakui kesalahannya, Allah bersedia memperbaikinya. Laksana tukang periuk, Allah tak akan membuang bejana yang rusak. Dengan sabar dan telaten Dia akan memperbaikinya. Dia akan menyempurnakannya seturut dengan apa yang baik menurut pemandangan-Nya. Itulah yang terlihat nyata dalam diri Onesimus, yang Paulus sebut "anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara" (Fil. 1:10). Penjara menjadi tempat pertobatan bagi Onesimus, budak Filemon, yang telah melarikan diri dari Sang Tuan. Paulus tidak menjelaskan apakah keberadaan Onesimus di penjara karena tertangkap dalam pelariannya atau memang tindak kriminal lain. Yang pasti penjara telah menjadi tempat bagi dia berjumpa Kristus melalui pelayanan Paulus. Tak hanya menjadi Kristen, Onesimus pun diutus Paulus untuk melayani umat percaya di Kolose (Kol. 4:9). Paulus meminta Filemon mau mengampuni dan menerima Onesimus sebagai orang percaya. Paulus begitu mendesak Filemon: "Kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku" (Fil. 1:18). Dan bicara soal utang, Paulus mengingatkan bahwa Filemon berutang kepada dirinya"yakni kehidupan baru sebagai Kristen. Filemon menjadi percaya kepada Kristus melalui pelayanan Paulus. Dampak pengampunan begitu besar. Dalam surat Ignatius -- pemimpin gereja mula-mula -- kepada orang percaya di Efesus sekitar 107 M, tertulis bahwa uskup di Efesus adalah Onesimus. Kitab Filemon mengingatkan kita akan pentingnya hidup dalam pengampunan. Baik meminta ampun maupun memberi ampun sesungguhnya tindakan manusia merdeka. Dan itu hanya mungkin dilakukan jika seseorang telah dimerdekakan Kristus sendiri.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |