Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/07/28 |
|
Rabu, 28 Juli 2010
|
|
Judul: Kematian sebagai sebuah pertemuan Ketika ia mengumpulkan anak-anaknya dan memberikan nubuat berkat, intinya ia menyiapkan perpisahan dirinya dari mereka. Berulang kali ia meminta dan memastikan berbagai hal sehubungan dengan penguburannya. Dan seperti cara kematian Abraham, ia pun meninggal dengan cara yang sangat indah. Ia menarik kakinya, berbaring, lalu pergi. Oleh karena Yusuf adalah pembesar Mesir, kematian Yakub, ayahnya, mendapat penghormatan dan tata cara penguburan menurut kebudayaan Mesir. Ada persamaan dan perbedaan penting antara perlakuan Mesir dan perlakuan keluarga Israel tentang orang mati. Keduanya sama-sama meyakini adanya hidup kelanjutan dari orang yang sudah mati, seperti yang ditandai oleh pengawetan mayat pada orang Mesir. Pada keluarga bapak leluhur tidak diadakan pengawetan mayat, tetapi ungkapan "dikumpulkan bersama Abraham, Sara, Ishak, Ribka, Lea..." menunjukkan bahwa ada sesuatu yang berlanjut di antara mereka. Demikianlah kita seharusnya memandang kematian, yaitu sebagai permulaan dari kekekalan yang indah dan bukan sekadar akhir dari kehidupan yang fana. Keindahan kekekalan itu dapat kita nikmati bila kita berada dalam hubungan yang benar dengan Allah, oleh iman kepada Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Kematian akan mempertemukan kita dengan Allah dan orang-orang beriman yang sudah mendahului kita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |