Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/07/28 |
|
Selasa, 28 Juli 2020 (Minggu ke-8 sesudah Pentakosta)
|
|
Alkisah, ada seorang pebisnis yang menjalankan usaha milik keluarga. Ia adalah generasi kedua yang meneruskan perusahaan tersebut. Ia memiliki dua orang anak yang masih kuliah. Lalu, tiba saatnya ia harus pensiun. Tampaknya, ia tidak rela jika perusahaan itu diurus oleh orang dari luar anggota keluarga. Sementara itu, tidak ada tanda-tanda bahwa kedua anaknya tertarik untuk mengambil alih bisnis itu. Kira-kira, bagaimana kita dapat memberi saran untuk kasus ini? Bacaan kita hari ini mengetengahkan cerita tentang Abimelekh, Tola, dan Yair. Mereka berjasa membawa Israel keluar dari penindasan bangsa Midian. Ketiganya berasal dari suku yang berbeda. Abimelekh berasal dari suku Manasye; Tola bin Pua adalah seorang Isakhar; lalu Yair adalah orang Gilead dari Manasye. Abimelekh bisa saja menjadi pengganti ayahnya, Gideon. Namun, demi kekuasaan, ia harus membunuh saudara-saudara tirinya. Ini yang membuat Abimelekh hanya dicatat sebagai raja bukan sebagai hakim. Dari sini, kita bisa belajar satu hal. Kepemimpinan ternyata tidak selalu berkelanjutan secara turun-temurun. Sekalipun Abimelekh adalah anak kandung dari Gideon, tetap saja pertentangan antar ahli waris tidak terhindarkan. Ada pepatah mengatakan, "Harta, kedudukan atau jabatan tidak kenal saudara". Tuhan mengaruniakan kemampuan yang berbeda kepada setiap orang pilihannya. Sayang sekali hal ini tidak menjadi pelajaran bagi bangsa Israel. Sejarah Israel kerap kali menunjukkan kalau mereka kerap bermasalah dalam hal suksesi (pergantian) kepemimpinan. Sering kali mereka memilih pemimpin berdasarkan keinginan sendiri, bukan kehendak Tuhan. Dalam hal ini, kita perlu mengubah tata cara suksesi kepemimpinan. Hal pertama yang mesti kita lakukan adalah mengetahui kehendak Allah. Kepemimpinan bukan perkara keturunan, tetapi soal perkenanan Allah semata. Mari kita menjadi pemimpin yang taat dan setia kepada Tuhan sambil bertindak jujur dengan tidak menyalahgunakan pemberian Tuhan. [JSH]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |