Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/07/31 |
|
Jumat, 31 Juli 2020 (Minggu ke-8 sesudah Pentakosta)
|
|
Pernahkah kita terlibat dalam sebuah percakapan yang bertujuan untuk cari tahu tentang urusan orang lain? Dalam kata lain, pernahkah kita bergosip? Kemungkinan besar, kita pernah terlibat. Bahkan bisa jadi kita sendirilah yang berinisiatif memulai percakapan seperti itu. Pada sisi yang lain, kita juga bisa bersikap sebaliknya. Kita memilih untuk tidak mau tahu dengan urusan orang lain. Akibatnya, kita memilih berdiam diri saja. Bacaan kita hari ini menceritakan respons Yefta terhadap raja bani Amon. Ia mengirim utusannya untuk mempertanyakan alasan kedatangan mereka ke wilayah Israel. Yefta menduga bahwa kedatangan bani Amon hendak mencampuri rencana Allah melalui bangsa pilihan-Nya. Bani Amon ingin mengambil segala kepunyaan bangsa Israel. Mereka yakin bahwa tanah yang diduduki Israel adalah pemberian Kamos, allah mereka. Sementara bagi Yefta, Allah Israel yang telah menyerahkan semuanya itu. Bani Amon hadir untuk menantang Allah Israel. Urusan campur tangan didasarkan oleh siapa yang menginginkan hal itu terjadi. Apakah karena dikehendaki Allah, diri sendiri, atau orang lain? Tentunya, ini berkaitan dengan hubungan kita terhadap Allah sehingga kita mengetahui rencana dan kehendak-Nya. Kita juga menjadi tahu apakah suatu tindakan benar atau salah di hadapan-Nya. Allah berdaulat dalam semua peristiwa sejarah. Setiap ciptaan mempunyai peran masing-masing. Ada yang menjadi bagian kuasa Allah; ada juga yang menjadi bagian tanggung jawab manusia. Dalam hal ini, kita tidak bisa mencampuri urusan Allah. Jika berusaha mencampuri, maka kita akan berhadapan dengan murka-Nya. Sebaliknya, jika tidak menyelesaikan urusan yang diembankan kepada kita, maka Ia juga akan marah dan memberi hukuman atas ketidaktaatan itu. Sebab itu, kita perlu berdoa supaya kita mengerti batasan yang Tuhan berikan dalam setiap rencana dan kehendak-Nya untuk hidup kita. Juga, kita mesti menyadari batasan diri di hadapan-Nya sebab Allah sungguh amat baik menuntun kita. [JSH]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |