Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/08/06 |
|
Rabu 6 Agustus 2008
|
|
Judul: Sakit karena dosa Yang lebih berat daripada rasa sakit secara fisik tentu rasa sedih karena ditinggalkan sahabat. Mungkin mereka meninggalkan dia karena jijik atau takut ketularan, bisa juga karena mereka tidak mau disangkutpautkan dengan dosa pemazmur yang menjadi sebab penyakitnya. Apapun alasan mereka, itu membuktikan bahwa dosa memang tidak mengenal kesetiakawanan. Setiap orang yang berbuat dosa harus menanggung sendiri akibatnya. Belum lagi para musuh yang menggunakan kesempatan untuk menghancurkan pemazmur saat ia sedang sakit. Kiat pemazmur mengatasi hal ini adalah dengan pura-pura tuli dan bisu sambil berharap bisa melupakan rasa sakitnya (ayat 17). Tentu saja kita tahu, hal itu adalah harapan kosong. Yang paling menekan pemazmur tentunya adalah kesadaran bahwa Tuhan murka terhadap dirinya (ayat 2-5). Tidak ada yang lebih berat daripada tangan Tuhan yang menekan dirinya. Itu sebabnya pemazmur memohon agar Tuhan segera mengampuni dirinya (ayat 19) dan segera menolong mengatasi penyakitnya (ayat 22-23). Kita bersyukur kepada Kristus karena kematian-Nya di kayu salib sudah menebus kita dari hukuman kekal dosa. Namun itu tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk hidup sembarangan di dalam dosa. Ingatlah bahwa Tuhan akan menghukum kita karena pelanggaran kita. Oleh karena itu, cepat akui dan bereskan dosa Anda. Jangan lagi bermain-main di dalamnya.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |