Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/08/09 |
|
Rabu, 9 Agustus 2017 (Minggu ke-9 sesudah Pentakosta)
|
|
Memang mudah untuk taat ketika Allah memberikan apa yang menjadi keinginan hati kita. Tentu kita menerimanya dengan hati riang gembira. Namun, apa reaksi kita apabila rancangan Allah ternyata berbeda dari rencana kita? Penulis Surat Ibrani mengajarkan bahwa Yesus, sama seperti Harun, diangkat Allah menjadi Imam Besar Agung. Namun, keimamatan-Nya diambil dari garis Melkisedek. Sebagai Imam Besar Agung, Yesus menunjukkan kualitas kehidupan yang berbeda dengan para imam besar yang berkuasa saat itu. Dalam diri Yesus tidak ada keinginan untuk memuliakan diri-Nya. Semuanya itu tidak membuat Yesus sombong. Ia tahu benar bahwa yang patut dimuliakan hanyalah Bapa Surgawi. Sekalipun Yesus memiliki status dan jabatan yang mulia, semuanya itu tidak dipahami sebagai hak istimewa di hadapan Allah. Kehidupan Yesus menunjukkan bagaimana Ia tetap membangun hubungan yang intim dengan Bapa Surgawi. Berbeda sekali dengan manusia yang gampang terbuai oleh kenyamanan hidup, seperti status sosial dan ekonomi. Sering kali kenyamanan itu menggoda manusia untuk tidak berbuat apa-apa. Kalaupun melakukan sesuatu, biasanya untuk memuaskan keinginan sendiri. Yesus tidak seperti itu. Sekalipun status Yesus adalah Anak Allah, Ia tetap menunjukkan ketaatan-Nya yang mutlak kepada kehendak Bapa Surgawi, meskipun ketaatan itu membawa-Nya pada penderitaan dan kematian. Ketaatan Yesus di sini bukanlah ketaatan yang membabi buta. Dia yakin bahwa pengurbanan-Nya akan menjadi pokok keselamatan abadi bagi manusia. Di sinilah Yesus menunjukkan ketaatan sempurna walau berada dalam pencobaan. Karena itu, Ia mampu menolong kita untuk taat, tidak menjadi soal seberapa sulit ketaatan itu. Kita dipanggil Allah untuk tetap beriman dalam segala kondisi, baik dalam keadaan senang maupun susah. Sebab kita percaya bahwa Allah akan menuntun hidup kita dan pimpinan-Nya tidak pernah salah. [AY]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |