Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/08/13 |
|
Sabtu, 13 Agustus 2022 (Minggu ke-9 sesudah Pentakosta)
|
|
Salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup seseorang adalah bibir. Bibir merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Bibir juga menjadi sarana komunikasi. Dari bibir keluar kata-kata berkat yang bisa memotivasi orang lain untuk melakukan kebaikan, menghibur, dan menguatkan. Namun, dari bibir pula bisa keluar kata-kata kutuk yang menyakitkan, bahkan yang menggerakkan orang lain untuk melakukan tindakan kejahatan. Dari mulut orang benar bisa diharapkan keluar kata-kata baik dan benar yang membawa damai dan sukacita bagi orang yang mendengarnya. Karena itulah sumber kehidupan (11a). Semua orang ingin hidup bahagia. Kebahagiaan bukan ditentukan semata-mata oleh harta atau tiadanya masalah. Itu ditentukan oleh sikap hati yang kemudian keluar melalui bibir. Ada ungkapan yang mengatakan, bukan bahagia yang membuat bersyukur, tetapi bersyukur menjadikan orang bahagia. Dan, ucapan syukur itu keluar dari bibir orang benar yang memiliki pengertian dan di dalamnya terdapat hikmat (13a). Bahagia itu tidak hanya terkait dengan diri sendiri, tetapi juga terkait dengan orang lain di sekitar kita. Kita tidak akan mungkin bahagia ketika orang di sekitar kita tidak bahagia. Oleh karena itu, pilihan dan sikap hati saja belum cukup. Diperlukan juga ucapan-ucapan bibir yang menjadikan orang lain bisa bahagia. Oleh Amsal dikatakan, hati dan bibir yang mendatangkan kebahagiaan adalah sumber kehidupan, sumber yang terus mengeluarkan energi positif yang mendatangkan kebahagiaan, apa pun kondisinya. Untuk menjadi orang yang sungguh-sungguh benar, kita butuh Sang Kristus karena setiap kita berdosa. Kita butuh Tuhan Yesus untuk terus menyucikan hati kita dari dosa sampai Ia datang lagi ke dunia menyempurnakan semua itu. Ia menganugerahkan Roh Suci yang menolong kita menjadi orang benar. Mari kita terus percaya dan bersandar pada Tuhan Yesus agar bibir kita menjadi sumber kehidupan yang senantiasa mendatangkan kebahagiaan, untuk kita dan orang lain. [MTH] Baca Gali Alkitab 7 Bagaimana pun seringnya sang ayah mengajar anaknya, jika si anak tidak mau berusaha keras untuk menaati dan menjalankannya, maka semua nasihat akan berlalu sia-sia. Nas hari ini menekankan pentingnya tanggung jawab agar anak dapat melakukan ajaran orang tuanya. Sang anak harus berpegang pada perintah yang diberikan. Selain berpegang, ia juga harus menyimpan perintah itu seperti biji matanya sendiri. Biji mata merupakan bagian tubuh yang sangat berharga, tetapi juga rapuh, karenanya harus dijaga dengan hati-hati. Artinya, perintah itu harus diperlakukan seperti barang yang sangat bernilai, yang harus disimpan dengan baik. Terakhir, sang ayah menasihati si anak untuk membangun relasi yang intim dengan hikmat. Tujuan membangun relasi yang intim dengan hikmat adalah supaya sang anak terhindar dari relasi dengan perempuan jalang. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |