Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/08/15 |
|
Senin, 15 Agustus 2016 (Minggu ke-14 sesudah Pentakosta)
|
|
Kutukan Allah sering kali dianggap sebagai bentuk hukuman. Namun, sedikit sekali umat Allah melihat hukuman-Nya sebagai bentuk kedisiplinan yang lahir dari cinta kasih. Bangsa Israel yang berada di masa pembuangan tidak habis mengerti bagaimana mungkin Allah yang mengikat perjanjian dengan nenek moyang mereka tidak memedulikan penderitaan yang dialami mereka. Itu sebabnya beberapa tetua Israel menemui nabi Yehezkiel dengan maksud "mencari petunjuk" Allah (1). Allah mengerti apa yang ada dalam pikiran para tetua itu. Bukan sambutan hangat yang diterima mereka, melainkan ejekan Allah melalui nabi-Nya (2-3). Dalam amarahnya, Allah meminta Yehezkiel menghakimi umat Allah dengan cara membongkar aib dan pelbagai kesalahan yang dilakukan leluhur mereka terhadap Tuhannya (4). Ada beberapa bukti gugatan yang Allah diajukan sebagai dasar hukumannya, antara lain: Pertama, penyembahan berhala masih dilakukan oleh umat Israel. Mereka masih jatuh pada lubang yang sama, yakni perselingkuhan rohani dengan berhala bangsa asing. Mereka mengikuti perilaku jahat dari leluhur mereka yang ditebus Allah dari perbudakan bangsa Mesir (5-9, 16b, 18, 24). Kedua, memberontak dan melanggar ketetapan Allah. Allah memberikan ketetapan-Nya agar mereka menjadi bangsa yang kudus di hadapan Allah dan menjadi contoh bagi bangsa lain. Sebaliknya, mereka terus memberontak kepada Allah (10-16a, 19-21). Ketiga, menghujat Allah. Ketidaksetiaan bangsa Israel mengakibatkan hati Allah terluka. Berulang kali mereka melakukan hal itu tanpa ada perasaan hormat dan takut akan Allah (27-29). Karena didorong oleh cinta kasih, Allah meredam murka-Nya (17). Hal ini tercemin dari kata "Aku bertindak karena nama-Ku dan Aku menarik tangan-Ku" (14, 22). Berkali-kali Allah memberi hukuman agar umat-Nya bertobat (15, 23). Namun, mereka mengulangi kembali dosa leluhurnya sampai Allah membiarkan umat-Nya semakin terjerat dan terjerumus dalam kenajisan mereka (26). Pandanglah hukuman Allah sebagai hal yang baik, positif, dan membangun karakter. [TG]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |