Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2009/08/17 |
|
Senin, 17 Agustus 2009
|
|
Judul: Menjadi lambang murka Allah Tuhan berfirman hendak mengambil istri Yehezkiel, tetapi Ia melarang Yehezkiel berkabung (ayat 16-17). Demikianlah saat kematian istrinya terjadi, Yehezkiel tidak berkabung (ayat 18). Hal yang tidak lazim ini menimbulkan pertanyaan dari umat Israel (ayat 19). Yehezkiel kemudian menjelaskan kepada bangsa itu bahwa Tuhan akan menghukum mereka dengan keras karena dosa-dosa mereka. Mereka akan mengalami kematian, tetapi mereka tidak akan bisa berkabung. Umat Tuhan mengalami semua ini agar mereka sadar bahwa dosa-dosa mereka tidak dapat ditolerir oleh Allah yang kudus. Selama itu mereka menyombongkan diri bahwa apa yang mereka miliki: kekuasaan yang pernah ada, kenikmatan-kenikmatan lahiriah, serta anak lelaki dan perempuan mereka, adalah hak atau hasil upaya mereka sendiri. Maka semua hal itu akan Tuhan ambil dari mereka. Peristiwa tragedi Yehezkiel ini dipakai Tuhan sebagai gambaran yang hidup atau lambang bagi bangsa Israel (ayat 24) agar mereka mengetahui dan mengakui bahwa \'Akulah Tuhan ALLAH\' (ay. 24 b, 27). Sebagai seorang hamba Allah keberadaan Anda serta keluarga sepenuhnya di dalam rencana dan kehendak Allah. Anda harus siap sedia sekalipun apa yang akan terjadi melalui keluarga/yang dicintai untuk menjadi media Allah menyatakan kebesaran dan keagungan-Nya. Bukankah hari ini adalah HUT Kemerdekaan bangsa kita, Indonesia? Apa yang hendak Anda kerjakan bagi bangsa kita untuk mengagungkan nama-Nya di negara ini? Berbuatlah sesuatu bagi bangsa kita untuk memuliakan Tuhan kita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |