Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/08/23 |
|
Sabtu, 23 Agustus 2014
|
|
Judul: Dimurkai, tetapi dirakhmati Dengan nada pedih berbaur amarah, Tuhan mengecam keduanya sebagai perempuan sundal yang berzina dengan banyak kekasih. Israel diberi surat cerai, tetapi Yehuda tidak takut dan tetap bersundal (3, 8). "Perceraian" yang dimaksud terjadi ketika Samaria jatuh ke tangan Asyur dan penduduknya ditawan ke pembuangan pada tahun 722/721 SM (2 Raj. 17:6). Malapetaka nasional ini dilihat sebagai akibat ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan (2 Raj. 17:7-12). Namun, Yehuda yang luput dari peristiwa tragis ini rupanya tidak jera dan tetap bersundal dengan berhala-berhala (Yer. 3:8). Bagaimana pun, Tuhan yang memanggil Israel adalah Allah yang "pengasih dan penyayang, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia". Ia tidak selamanya menuntut, apalagi mendendam (Mzm. 103:8-9). Oleh kemurahan hati-Nya, Ia tetap memanggil umat yang murtad untuk kembali kepada-Nya (Yer. 3:12). Di balik kekecewaan-Nya, selalu terselip pengampunan dan kerinduan untuk merangkul orang berdosa. Namun, seperti yang kita baca dalam perumpaan "Bapa yang menyambut anak yang hilang" (Luk. 15), perjalanan kembali seperti itu dimulai dari pengakuan akan dosa dan kesalahan yang telah dilakukan (Hos. 3:13; Luk. 15:18-20). Firman Tuhan melalui Yeremia mengajak kita kembali pada langkah dasar yang amat menentukan ini. Apakah langkah ini yang akan kita ambil hari ini, yaitu mengakui segala dosa yang kita lakukan? Atau, apakah ada orang lain yang perlu kita doakan dan gugah untuk mengambil langkah kembali kepada Dia Yang Mahakasih? Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |