Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/08/31 |
|
Rabu, 31 Agustus 2022 (Minggu ke-12 sesudah Pentakosta)
|
|
Kemarahan adalah bagian dari emosi manusia yang sangatlah wajar dan normal. Selayaknya api yang berpotensi mencelakakan jika berlebihan, demikianlah kemarahan yang tak jarang mendatangkan akibat buruk bila tidak dikendalikan dengan benar. Pertengkaran dan perselisihan yang tak kunjung usai sering kali dimulai dari luapan kemarahan yang tak terkendali. Bacaan kali ini memuat peringatan khusus terhadap kemarahan yang bisa timbul dalam hati manusia. Kemarahan yang membuncah diidentikkan sebagai karakteristik orang bodoh (3). Saat berbicara mengenai orang bodoh maupun kebodohan, Kitab Amsal memang tidak pernah melekatkannya pada atribut intelektual seseorang, melainkan sebuah pengambilan keputusan yang tidak bijak ataupun seseorang yang kehilangan kendali atas tingkah lakunya. Ada perbandingan antara orang bodoh dengan orang yang berhasil menjauhi perbantahan/ pertengkaran sebagai orang terhormat. Perbuatan yang telah dilakukan pada akhirnya turut menentukan identitas seseorang, atau paling tidak bagaimana orang lain mengenalnya. Situasi itu sudah terjadi semenjak seseorang masih kanak-kanak (11). Menarik untuk melihat bahwa kemarahan tidak selalu dilihat secara negatif. Salah satunya adalah murka dari seorang raja. Sebab, raja dipandang sebagai sosok yang adil dan mengadili perkara dengan bijak (8). Di hadapan raja, orang yang baik mendapatkan ketenangan, sementara orang yang melakukan kejahatan haruslah gentar. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa kemarahan raja itu muncul saat ia melihat sesuatu yang tidak benar terjadi di hadapannya. Raja marah karena melihat ketidakadilan yang terjadi. Alkitab tidak melarang kemarahan sejauh itu terkendali dan berlandaskan alasan yang tepat. Pada akhirnya, kita tetap harus waspada dan meningkatkan pengendalian diri agar jangan sampai kemarahan yang timbul dalam hati kita justru berbalik menjadi malapetaka. Maka dari itu, marilah kita bersandar pada hikmat dan tuntunan Allah semata. [WDN]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |