Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/08/31 |
|
Sabtu, 31 Agustus 2024 (Minggu ke-14 sesudah Pentakosta)
|
|
Meski kita tidak diberi tahu apa motif Daud dalam menulis mazmurnya kali ini, aroma pengkhianatan kembali tercium. Setelah menggambarkan secara umum ancaman bahaya yang menyesakkan dadanya, Daud memfokuskan perhatian kepada seorang pengkhianat yang misterius. Namanya tak pernah terungkap, tetapi dikatakan bahwa dia dahulu adalah sahabat dan orang kepercayaan Daud (14). Mereka kerap beribadah bersama-sama (15). Tiba-tiba orang itu diam-diam menikam dari belakang. Daud terluka oleh perkataannya yang munafik: sopan dan lembut tetapi membinasakan (21-22). Bagaimana Daud merespons pengkhianatan yang keji itu? Sebagai ahli strategi dan pahlawan perang, tidaklah sulit bagi Daud untuk mengadakan serangan balik. Namun, ia memilih untuk berseru kepada Allah dan percaya bahwa Ia akan mendengarkan suaranya (17-18). Daud mengajak kita untuk melakukan hal yang sama. Bila kita dikhianati oleh orang yang dekat dengan kita, serahkanlah kemarahan dan kekhawatiran kita kepada Tuhan (23). Respons yang alami bila kita disakiti oleh seseorang adalah membalasnya. Kita merasa harus membalas, cepat atau lambat. Dunia mengajarkan, "Balas dendam paling baik disajikan dingin." Namun, mazmur ini mengajarkan kepada kita satu kebenaran yang krusial: ketika disakiti, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Kita harus menundukkan naluri alami kita untuk membalas. Ada kalanya pengkhianatan menjadi situasi yang diizinkan Allah agar kita dapat makin menghayati karya salib Kristus. Pikirkan ini: jika seumur hidup kita tidak pernah dikhianati oleh orang dekat, bagaimana kita dapat menyelami sengsara Kristus? Ia, yang dikhianati oleh murid-Nya sendiri dengan sebuah ciuman, menyerahkan pengkhianat itu ke dalam tangan Bapa-Nya. Ia tidak melakukan pembalasan. Yang kita butuhkan ketika kita disakiti adalah penghiburan, bukan pembalasan. Berdoalah meminta penghiburan dari Allah. Ia, yang pernah dikhianati, berempati terhadap kesakitan kita. Damai sejahtera dari Yesus Kristus menaungi Anda. [PHM] Baca Gali Alkitab 9 Daud sangat sedih, gelisah, takut, dan gentar. Ia menangis karena pengkhianatan Ahitofel dan Absalom. Daud seakan-akan ingin melarikan diri dan pergi mencari tempat perlindungan untuk menghindari pergumulan hidupnya. Daud memohon agar Allah membalas musuh-musuhnya. Daud marah, ia menginginkan keadilan dan kebenaran dari Allah. Dalam situasi terimpit dan terpuruk, Daud tetap mengandalkan Allah dan percaya Allah pasti menyelamatkannya. Demikian pula, dalam keadaan terancam oleh perbuatan-perbuatan jahat, Daud mengajak umat untuk menyerahkan kekhawatiran kepada Allah dan membiarkan Allah bekerja. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |