Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/09/10 |
|
Rabu, 10 September 2014
|
|
Judul: Membagi kesetiaan Oleh karena itu, umat layak menerima hukuman, yang digambarkan di sini seperti makan ipuh (pohon yang getahnya beracun) dan minum racun (15). Mereka tidak diizinkan lagi tinggal di tanah itu, melainkan akan diserang oleh bangsa asing dan akan diserakkan di tanah bangsa asing tersebut (16). Begitu mengerikan bencana yang akan menimpa mereka, sampai-sampai mereka dinasihati untuk memanggil perempuan-perempuan peratap (17-18). Semua itu terjadi karena hukuman Tuhan yang datang menimpa mereka (19-22). Mengapa ketidaksetiaan kepada Allah dan penyembahan kepada sesuatu yang bukan Allah membuat Allah murka? Karena semua itu memisahkan umat dari Allah. Allah meminta loyalitas penuh dari umat. Bila umat membagi kesetiaan terhadap Allah dengan yang lain, jelas akan berdampak pada turunnya murka Allah atas umat. Maka menjadi jelas bagi kita bahwa Allah tidak bersedia berbagi tempat dengan yang lain dalam hati kita. Allah menginginkan hanya Dia sendiri sajalah satu-satunya yang menempati takhta di dalam hidup kita. Sebab itu, mari kita introspeksi diri, kepada siapa sajakah kita menyerahkan pemerintahan atas hidup kita? Adakah yang lain, selain Tuhan? Jika kita ditimpa masalah, siapakah yang kita cari terlebih dahulu? Jika ada keputusan yang harus kita ambil, firman Tuhankah yang kita jadikan dasar pertimbangan? Ataukah masih ada yang lain? Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |